Paris (ANTARA News) - Presiden Prancis Nicolas Sarkozy Senin mengatakan, dia sangat cemas terhadap nasib seorang warga Prancis yang disandera sayap Afrika Utara Al Qaida, yang mengancam akan membunuhnya dalam 15 hari jika Paris tidak memenuhi tuntutan mereka.

Kelompok Intelijen SITE yang bermarkas di Amerika Serikat Ahad mengatakan, bahwa Al Qaida di wilayah Islamis Magribi (AQIM) memberikan Prancis 15 hari sejak 12 Juli untuk mengatur pertukaran tahanan, dan mengatakan Sarkozy akan bertanggungjawab bagi kehidupan Michel Germaneau, 78 tahun, sebagaimana dikutip dari Reuters.

"...Saya sangat khawatir terhadap salah satu rekan sebangsa, yang kini disandera di Sahel," kata Sarkozy dalam wawancara langsung televisi.

Dia tidak mengatakan apa yang dia maksudkan untuk melakukan pembebasan Germaneau, namun dalam kasus lain yang melibatkan dua wartawan Prancis di Afghanistan, dia mengatakan, pemerintah sedang melakukan perundingan.

"Kami akan melakukan apapun untuk membebaskan dia," katanya kepada wartawan televisi Herve Ghesquiere dan Stephane Taponier, yang dicilik selama 195 hari.

Germaneau adalah pensiunan teknisi yang bekerja di sektor perminyakan Aljazair.

Kelompok gerilyawan Islam menangkapnya pada 22 April di Niger Utara, dekat dengan perbatasan Mali dan Aljazair.

AQIM menyiarkan sebuah foto dan rekaman suaranya pada Mei. Pada saat itu dia menyatakan dalam kondisi pengobatan serius dan menyerukan kepada Sarkozy untuk mendapatkan "solusi yang baik" bagi dirinya.

Mali, Niger, Aljazair dan Mauritania membuka markas besar militer bersama di Aljazair selatan.

AQIM menewaskan warga Inggris yang mereka tangkap, Edwin Dyer, pada tahun lalu setelah Inggris menolak memberikan tuntutan mereka.

Kelompok tersebut mengatakan, jika Sarkozy tidak menanggapi tuntutan itu, dia akan melakukan "kebodohan" yang sama dengan mantan perdana menteri Inggris, Gordon Brown.

Pemerintah-pemerintah tersebut memiliki pengaruh kecil di wilayah padang pasir di mana warganya disandera.

Di wilayah itu bandit-bandit, penyelundup, bekas pemberontak dan kelompok-kelompok yang berkaitan dengan Al Qaida beroperasi.

Kelompok garis keras di Sahara sejauh ini tidak melakukan serangan skala besar, namun para diplomat Barat mengatakan, uang tunai yang mereka himpun dari serangkaian penculikan terhadap orang-orang asing akan menjadikan mereka ancaman yang makin potensial.

Negara-negara Barat mengatakan, jika tindakan tidak diambil, gerilyawan Al Qaida akan mengembalikan Sahara sebagai tempat persembunyian yang aman di sepanjang garis batas Somalia atau Yaman, dan menggunakannya sebagai pangkalan untuk melancarkan serangan.
(H-AK/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010