Platform ini akan mengintegrasikan seluruh informasi yang ada di rumah kemasan dengan menjadi KDMK sebagai hub.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian  mengembangkan platform digital Klinik Desain Merek Kemas (KDMK) yang dapat menjadi pendorong bagi peningkatan mutu dan fungsi kemasan, sehingga produk industri lokal dapat unggul dalam persaingan global.

“Platform ini akan mengintegrasikan seluruh informasi yang ada di rumah kemasan dengan menjadi KDMK sebagai hub,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih lewat keterangannya di Jakarta, Sabtu.

Gati berharap pengembangan platform digital KDMK mendapat dukungan dari pemerintah daerah, asosiasi, dan perguruan tinggi.

“Kami telah melihat rumah kemasan yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Ini dapat menjadi benchmark terkait proses bisnis pada rumah kemasan, terutama dalam hal pengelolaan dan kesiapan sumber daya manusianya,” ungkapnya.

Baca juga: Bisnis UKM kemasan berkembang selama pandemi

Balai Industri Kreatif Digital dan Kemasan Provinsi Jawa Tengah telah dibentuk sejak 2016. Sebelumnya, balai industri ini dikenal dengan nama Balai Pengembangan Kemasan dan Industri Kreatif.

Balai ini selain melayani pengembangan kemasan, juga menjadi menyediakan layanan working space, inkubator, dan sarana pemasaran online untuk industri kreatif digital. Balai Industri Kreatif Digital dan Kemasan juga membuka layanan konsultasi sekaligus pembuatan kemasan, sablon, desain, laminasi sesuai pesanan IKM.

Menurut Gati, pihaknya telah membentuk KDMK sejak  2003. Klinik ini bertujuan untuk membantu pelaku IKM dalam pemilihan bahan kemasan yang sesuai dengan produknya, pemilihan teknologi kemasan, pembuatan desain kemasan, pembuatan label kemasan sesuai peraturan yang berlaku, dan memfasilitasi bantuan cetak kemasan.

Baca juga: Mengapa anak tertarik dengan kemasan berwarna cerah?

Selama periode 2015-2019, KDMK telah memfasilitasi sebanyak 858 IKM, di mana 81 persen merupakan IKM pangan (makanan dan minuman), kemudian IKM kerajinan (10 persen), dan IKM sandang (6 persen).

“Dalam menjalankan fungsinya, KDMK juga didukung oleh 25 rumah kemasan yang tersebar di provinsi dan kabupaten atau kota,” imbuhnya.

 Ditjen IKMA Kemenperin akan memetakan klinik kemasan dan atau rumah kemasan yang tersebar di daerah, untuk dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan kelas untuk memudahkan penyusunan program KDMK ke depan.

“Ditjen IKMA bekerja sama dengan tim tenaga ahli dari Institut Pertanian Bogor untuk memetakan rencana pengembangan sesuai kondisi dan kebutuhan masing-masing rumah kemasan di daerah,” ujar Gati.

Baca juga: Kemenperin dorong produsen batik terapkan industri hijau
KDMK diharapkan akan menjadi sarana informasi bagi pelaku IKM dan rumah kemasan, yang meliputi teknologi pengemasan, mesin kemasan, bahan baku kemasan, perkembangan dan tren desain kemasan, inovasi kemasan, peraturan di bidang kemasan serta informasi event penganugerahan tentang kemasan.

Selain itu, KDMK dapat menjadi sarana pembelajaran melalui e-learning dan basis data melalui e-directory bagi IKM dan Rumah Kemasan.

“Bahkan, menjadi tempat bertemunya IKM dan rumah kemasan dengan supplier bahan baku kemasan dan teknologi kemasan, sekaligus sumber konsultasi dan bimbingan terkait kemasan dan merek,” papar Gati.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021