Damaskus (ANTARA News) - Ulama Syiah anti-Amerika Moqtada as-Sadr, yang mengasingkan diri, telah mengunjungi Damaskus, Sabtu, dari markasnya di Iran untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad mengenai masalah Irak.

Pada pertemuan itu, Bashar mendesak para pemimpin Irak untuk dengan cepat membentuk pemerintah dan mengakhiri kemacetan koalisi yang sudah berlangsung empat bulan, lapor kantor berita resmi SANA.

"Penangguhan untuk membentuk pemerintah persatuan nasional akan memiliki dampak negatif pada situasi di Irak," kata Bashar pada tamunya seperti dikutip oleh kantor berita itu. Ia menekankan bahwa kabinet baru harus dibentuk secepat mungkin.

Para politsi Irak telah gagal membentuk pemerintah baru sejak kemenangan tipis mantan perdana menteri Iyad Allawi atas Perdana Menteri Nuri al-Maliki yang menjabat, dalam pemilihan anggota parlemen 7 Maret lalu.

Blok ulama anti-Amerika as-Sadr, yang jarang terlihat di depan umum dan yang tinggal di pengasingan yang diterapkan sendiri di Iran, memperoleh 39 kursi di parlemen baru yang memiliki 325 kursi, dibanding 91 kursi untuk Allawi dan 89 untuk Maliki -- keduanya Muslim Syiah.

Pada awalnya Sadr menentang kembalinya Maliki sebagai perdana menteri, tapi pada Mei lalu ia mengatakan ia telah melepaskan keberatannya berdasarkan persyaratan tertentu.

SANA mengutip ucapan Sadr yang memuji Suriah atas dukungannya pada rakyat Irak dan "karena telah bekerja untuk kepentingan keamanan dan stabilitas di Irak.

Hazm al-Araji, seorang anggota parlemen blok Sadr, menyatakan pada AFP di Baghdad bahwa ulama itu melakukan perjalanan ke Damaskus "atas undangan resmi Presiden Suriah Bashr al-Assad untuk membicarakan masalah Irak".

Kunjungan Sadr ke Suriah -- kunjungan keduanya sejak Juli tahun lalu -- terjadi setelah para anggota parlemen Irak, Senin, memperpanjang sidang pengukuhan parlemen dengan dua pekan untuk memberi pemimpin-pemimpin politik kesempatan untuk membentuk pemerintah.(*)

AFP/S008

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010