Damaskus (ANTARA News) - Perdana Menteri Libanon Saad Hariri bertemu dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Ahad ketika pejabat-pejabat kedua negara itu menandatangani serangkaian perjanjian kerja sama.

Pada saat kunjungan ketiga Hariri ke negara yang pernah ia salahkan karena pembunuhan ayahnya pada 2005 itu, menteri-menteri Libanon dan Suriah menandatangani seluruhnya 17 perjanjian yang mencakup pengadilan, pariwisata, pendidikan dan pertanian, sebagaimana dikutip dari AFP. 

"Kami juga akan terus melakukan tindakan untuk mengawasi perbatasan guna memerangi perdagangan gelap dan semua tindakan tidak sah," katanya pada konferensi pers bersama setelah pembicaraan dengan timpalannya dari Suriah, Muhammad Naji Otri, dan Bashar al-Assad.

Hariri mengatakan kepada wartawan bahwa hubungannya dengan pemimpin Suriah itu "demi kepentingan kedua negara ... yang menghadapi musuh bersama".

"Selama pertemuan kami, hubungan bersahabat telah dibangun antara presiden Suriah dan saya sendiri, sesuatu yang akan memperkuat hubungan warga Libanon dan Suriah," jelasnya.

Sebelumnya, Menlu Suriah Walid Muallem mengatakan kepada wartawan bahwa Pengadilan Khusus PBB untuk Libanon yang menyelidiki pembunuhan ayah Hariri, mantan perdana menteri Rafiq Hariri, adalah "urusan Libanon".

"Jika bukti tidak dapat dibantah bahwa seorang warga Suriah telah terlibat, maka orang itu kemudian akan diadili di Suriah karena pengkhianatan besar," kata Muallem.

Satu komisi penyelidikan PBB mengatakan, ada bukti yang terkumpul bahwa dinas intelijen Suriah dan Libanon telah terlibat dalam pembunuhan Hariri, tapi Damaskus secara konsisten membantah keterlibatannya.

Pembunuhan itu telah memaksa penarikan tentara Suriah dari Libanon setelah kehadiran selama 29 tahun.

Dalam kunjungan pada Desember tahun lalu, kunjungan pertmanya sejak pembunuhan ayahnya, Hariri menyerukan "hubungan yang istimewa, sungguh-sungguh dan jujur ... demi kepentingan kedua negara dan kedua rakyat".

Hariri dan sekutu-sekutu politiknya, yang didukung oleh Barat dan Arab Saudi, memenangkan sebagian besar kursi di parlemen pada Juni 2009, menang tipis atas aliansi yang dipimpin oleh kelompok Syiah Hizbullah yang didukung Suriah.

Kedua blok itu sekarang membagi kekuasaan dalam pemerintah persatuan nasional Libanon.
(S008/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010