Jakarta (ANTARA News) - Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita Jakarta mempelopori pembentukan sistem jaringan pelyanan kegawatdaruratan kardiovaskular bagi pasien serangan jantung, kata Dirut RSJPD Harapan Kita Dr dr Anwar Santoso, SpJP, FIHA.

Anwar Santoso mengemukakan hal tersebut dalam Lokakarya Jejaring Pelayana Kegawatdaruratan Kardiovaskular di DKI Jakarta dan sekitarnya, Kamis, yang juga menghadirkan pembicara Gubernut DKI Jakarta Fauzi Bowo dan Sekjen Kementerian Kesehatan dr Ratna Rosita, MPH.

Anwar mnjelaskan, angka kejadian penyakit janung dan pembuluh darah di Indonesia terus meningkat prevalensinya, bahkan kini merupakan penyebab kemtain utama di Tanah Air. Dari studi Eropa bahwa kematian pada pasien jantung, sekitar 30 persen terjadi sebelum pasien tiba di ruang UGD.

"Di RSJPD HK pada setiap bulannya terdapat 3-4 pasien yang datang ke unit gawat darurat (UGD) dalam kondisi jantung yang sudah tidak berdenyut. Kalaupun selamat, pasien biasanya telah mengalami kerusakan organ tubuh setelah upaya resusitasi jantung dan paru," katanya.

Menurut Anwar, kasus kematian pasien serangan jantung terlmbat tiba di RS dapat dikurangi, apabila pasien jantung cepat mendapat pertolongan dari RS terdekat yang mampu memberikan pertolongan pertama secara cepat dan tepat sesuai standar pelayanan medik serta merujuk ke RS yang mempunyai fasilitas kesehatan memadai.

Untuk mengurangai penanganan keterlambatan kegawatan pasien serangan jantung tersebut, RSJPD HK yang merupakan Pusat Jantung Nasional (PJN HK) menggelar semiloka "Sistem Jejaring Pelayanan Kegawatdaruratan Kardiovaskular di DKI Jakarta" yang dimaksudkan untuk menurunkan angka kematian pasien serangan jantung.

Anwar menambahkan, dewasa ini di wilyah DKI Jakarta terdapat 8 RS umum besar milik pemerintah, 5 milik pemprov DKI, 46 Puskesmas di 46 kecamatan DKI. Peralatan pelayanan untuk penyakit jantung dinilai memadai khusunya di tiga RSUP milik pemerintah, yaitu RSCM di Jakpus, RS Fatmawati di Jaksel dan RS Persabatan di Jaktim yang dilengkapai ambulans.

Meski demikian, katanya, masih ada kendala yang harus dituntaskan, yakni dalam hal melaksanakan pengobatan dan tindakan intervensi dini, pemahaman masyarakat tentang serangan jantung yang masih rendah, diagnosis dan tatalaksana awal yang terlambat, dan transportasi yang kurang memadai.

Sementara itu, Gubernur DKI Fauzi Bowo mengatakan, Pemprov DKI telah melakukan berbagai langkah strategis untuk meningkatkan pelyanan kesehatan khususnya pasien jantung, antara lain melenglapi alat perekam jantung di setiap Puskemas di kecamatan, membentuk jejaraing layanan bagi seluruh Puskemas yang seluruh Puskemas yang telah memiliki alat komunikasi telepon, mesin faksimili dan internet.

Selain itu, memantapkan "respons time" ambulans gawat darurat Dinas Kesehatan. Saat ini respons time ambulans Dinkes DKI sekitar 13 menit, masih di atas standar internasional yaitu 10 menit.(*)
(R009/P003/brt)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010