Jenewa (ANTARA News/AFP) - Afghanistan akan menjadi Vietnam baru bagi Amerika Serikat, karena adidaya itu mengulangi kesalahan sama di Indochina, kata ketua parlemen Iran Ali Larijani dalam wawancara tertayang pada Rabu.

"Amerika Serikat akan mendapatkan keberhasilan di Afghanistan sama seperti di Vietnam," katanya kepada televisi Swiss berbahasa Prancis, sehari setelah muktamar penyumbang antarbangsa di Kabul.

"Beberapa tahun lalu, Uni Soviet membuat kesalahan tepat sama. Banyak orang terbunuh dan ia akhirnya keluar," katannya, "Sejarah berulang dengan sendirinya. Kita tahu Afghanistan. Kita tahu bahwa Afghanistan tidak akan menyerah kepada pasukan asing."

Juga pada Rabu, pemimpin utama pasukan khusus Pengawal Revolusioner Iran memperingatkan bahwa Amerika Serikat dan Jenderal David Petraeus, yang mengambil alih kepemimpinan 140.000 tentara Amerika Serikat dan NATO di Afghanistan pada 4 Juli, akan ditelan "teror" di Afghanistan.

"Kehadiran Petraeus di Afghanistan akan meningkatkan terorisme dan berpuncak pada perluasan kegagalan Amerika Serikat di negara terkoyak perang itu," kata Brigadir Jenderal Massoud Jazayeri seperti dikutip laman Pengawal.

Petraeus menghadapi tugas berat untuk mewujudkan perdamaian bagi bangsa itu dan mengamankan jalan keluar menyelamatkan muka bagi pasukan sekutu, yang memerangi perlawanan semakin mematikan pejuang Taliban.

Tanggapan Jazayeri itu muncul sehari setelah Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki mengatakan bahwa penumpukan tentara pimpinan Amerika Serikat ke Afghanistan gagal menenangkan atau mengalahkan Taliban.

Washington pada masa lalu menuduh Teheran memberi bantuan tingkat rendah kepada beberapa pejuang di Afghanistan, tapi mantan panglima Amerika Serikat dan NATO di Afghanistan, Stanley McChrystal, pada Mei menyatakan sebagian besar peran Teheran sah.

Larijani, yang berada di Jenewa untuk sidang ketua parlemen galangan Antar-Parlemen Bersatu, lembaga parlemen antarbangsa, juga mengutuk hukuman Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menghentikan kemampuan Teheran membiayai kegiatan nuklirnya dan memperdalam kucilan.

Ia menyatakan Iran akan melakukan tindakan balasan jika kapal atau pesawat Iran digeledah.

"Jika pesawat atau kapal Iran diperiksa negara lain, dapat diperkirakan ada langkah balasan atau tindakan sama terhadap itu," katanya.

NATO dan Amerika Serikat memiliki 143.000 tentara di Afghanistan, yang dijadwalkan berpuncak pada 150.000 dalam beberapa pekan mendatang, saat mereka menumpas perlawanan ke kubu pejuang di selatan dalam upaya mempercepat pengakhiran perang.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.

NATO menghadapi kemunduran besar di Afghanistan saat Gedung Putih memecat Jenderal Amerika Serikat Stanley McChrystal, yang mengecam presiden dan penasihat utama dalam wawancara dengan sebuah majalah.

Perpecahan muncul di persekutuan 46 negara itu saat berusaha memadamkan perlawanan sembilan tahun Taliban, dengan utusan khusus Inggris memperpanjang cuti, korban meningkat dan laporan bahwa Amerika Serikat "tanpa sengaja" mendukung panglima perang.(*)
(B002/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010