PBB (ANTARA News/AFP) - Israel telah memberi tahu PBB bahwa mereka tidak akan mengizinkan dua kapal yang berencana berlayar dari Lebanon menuju Jalur Gaza dalam upaya mematahkan blokade laut negara Yahudi tersebut.

Dalam sepucuk surat kepada Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon, Duta Besar Israel untuk PBB Gabriela Shalev mengatakan, negaranya "memiliki hak sesuai dengan hukum internasional untuk mencegah kapal-kapal ini", Junia dan Julia, mencapai wilayah kantung Palestina yang dikuasai Hamas itu.

"Niat kapal-kapal ini adalah melanggar blokade laut yang diberlakukan terhadap Gaza," tulisnya. "Tidak bisa dikesampingkan bahwa kapal-kapal ini membawa senjata atau individu dengan maksud provokasi dan konfrontasi."

Shalev mengatakan, "Semua barang yang bukan senjata atau bahan-bahan untuk tujuan seperti perang saat ini memasuki Jalur Gaza melalu mekanisme tepat yang menjamin pengirimannya atau sifat sipilnya."

Surat itu merupakan peringatan terakhir Israel terhadap segala upaya untuk menerobos blokadenya atas Jalur Gaza di tengah tekanan-tekanan internasional setelah serangan komando mematikan pada Mei lalu.

Pasukan komando Israel menyerbu kapal-kapal dalam armada bantuan yang menuju Jalur Gaza pada 31 Mei. Sembilan aktivis Turki pro-Palestina tewas dalam serangan di salah satu kapal itu.

Hubungan Israel-Turki terperosok ke tingkat terendah sejak kedua negara itu mencapai kemitraan strategis pada 1990-an akibat insiden tersebut.

Turki memanggil duta besarnya dari Tel Aviv dan membatalkan tiga rencana latihan militer setelah penyerbuan itu. Turki juga dua kali menolak permohonan pesawat militer Israel menggunakan wilayah udaranya.

Kekerasan parah dalam penyerbuan menjelang fajar Senin (31/5) oleh pasukan Israel terjadi di kapal Turki, Mavi Marmara, yang memimpin armada kapal bantuan menuju Gaza.

Israel berkilah bahwa penumpang-penumpang kapal itu menyerang pasukan, namun penyelenggara armada kapal itu menyatakan bahwa pasukan Israel mulai melepaskan tembakan begitu mereka mendarat.

Setelah serangan itu, Mesir, yang mencapai perdamaian dengan Israel pada 1979, membuka perbatasan Rafah-nya untuk mengizinkan konvoi bantuan memasuki wilayah Gaza -- kalangan luas melihatnya sebagai upaya untuk menangkal kecaman-kecaman atas peranan Mesir dalam blokade itu.

Kairo, yang berkoordinasi dengan Israel, hanya mengizinkan penyeberangan terbatas di perbatasannya sejak Hamas menguasai Gaza pada 2007.

Di bawah tekanan-tekanan yang meningkat, Israel kemudian meluncurkan penyelidikan bersama dua pengamat internasional atas serangan itu. Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mendorong penyelidikan terpisah PBB dengan keikutsertaan Israel dan Turki.

Israel juga mengendurkan blokade terhadap Gaza dengan mengizinkan sebagian besar barang sipil masuk ke wilayah pesisir tersebut.

Jalur Gaza, kawasan pesisir yang padat penduduk, diblokade oleh Israel dan Mesir setelah Hamas berkuasa hampir tiga tahun lalu.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010