Gresik (ANTARA News) - Choirul Anam pimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lumbung Informasi Rakyat (Lira) Gresik, Jawa Timur, mengemukakan bahwa industri di daerah itu andil memperbesar jumlah anak putus sekolah.

"Anak putus sekolah di Gresik selatan angkanya sudah menghawatirkan karena hampir seluruh kecamatan ada anak putus sekolah. Sedangkan pemerintah daerah sendiri hanya suaranya yang keras, pendidikan murah, gratis, dan lain sebagainya," kata Choirul Anam.

Data yang diperoleh Lira, anak yang putus sekolah diwilayah padat industri itu berumur 15-16 tahun, rata-rata hanya tamatan SMP karena mereka lebih memilih bekerja di pabrik daripada melanjutkan kejenjang SMA. Yang menjadi masalah utama adalah faktor lemahnya ekonomi keluarga.

"Sebagian besar orang tua yang lebih mengarahkan anak untuk bekerja di pabrik daripada sekolah. Selain mereka tidak mampu menyekolahkan karena biaya, setelah lulus SMA juga tetap menjadi pengangguran," tandasnya

Lira mengungkapkan, sedikitnya ada lima kecamatan yang terdapat banyak anak putus sekolah karena memilih bekerja, yakni kecamatan Cerme, Driyorejo, Weringinanom, Balongpanggang dan Menganti akibat memilih jadi buruh pabrik

"Pengusaha sendiri memilih anak lulusan SMP, karena bisa diberi upah murah. Selain itu lulusan SMP tidak banyak menuntut perusahaan," ungkapnya

Pendeknya, ujar Anam, pabrik-pabrik itu sengaja memanfaatkan tenaga anak-anak dengan mudah, karena keluarganya dalam lilitan ekonomi yang cukup permanen.

"Faktanya sebelum dan sesudah pabrik-pabrik itu berdiri ekonomi mereka sama saja. Sedangkan sekolah gratis dan murah hanya wacana saja," pungkasnya.

Sejumlah orangtua siswa tidak menampik jika anaknya hanya tamatan SMP saja, karena lebih memilih jadi pekerja pabrik.

"Satu minggu dapat Rp125ribu, anak saya sudah selama enam tahun," kata Saleman warga Desa Duro Kecamatan Cerme.

Namun Saleman mengaku tidak rela dengan keputusan anaknya itu, karena dia menginginkan anaknya tetap bisa sekoalh, sayang juga terbentur biaya.

"Maksut saya begitu, tapi ekonomi jadi maslah karena biaya sekolah sekarang juga mahal," keluhnya

Dia meminta pemerintah turun tangan, agar persoalan tersebut bisa dicari akar persoalanya sehingga tidak mengorbankan pendidikan anak, asal ekonomi juga menjadi perhatian serius.

"Pemerintah harus turun tangan, agar pabrik-pabrik melarang tenaga kerja yang baru lulus SMP," terang pria yang berprofesi sebagai tukang becak di alon-alon Gresik ini.

(ANT-163/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010