New York (ANTARA News) - Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengajak investor pasar modal Amerika Serikat untuk berinvestasi di Indonesia karena BUMN-BUMN saat ini terus berkembang positif walaupun secara umum perekonomian di Asia mengalami kemunduran.

"Kami yakin perekonomian Indonesia yang kuat dalam menghadapi krisis tahun 2009 adalah bukti nyata bahwa perusahaan-perusahaan kami jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya, memiliki neraca yang kuat serta berpeluang besar untuk tumbuh," kata Mustafa saat berbicara di depan para pebisnis pasar modal di New York Midtwon Conference and Client Center, New York, Selasa.

Kehadiran Mustafa di New York tersebut merupakan bagian dari program "Indonesia Corporate Day 2010" yang dijalankan Pemerintah Indonesia untuk memberikan gambaran terbaru mengenai perkembangan sepak terjang perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun strategi pemerintah mendorong BUMN kian berkembang positif.

Menteri BUMN Mustafa menyampaikan rencana Pemerintah Indonesia untuk mencapai angka pertumbuhan ekonomi sebesar 7,7 persen ; pertumbuhan investasi 12.1 persen , total investasi Rp10.000 triliun; investasi infrastruktur Rp1.500 triliun; dan pertumbuhan ekspor 15,6 persen .

"Badan-badan Usaha Milik Negara akan memainkan peranan kunci untuk mencapai target-target ini," kata Mustafa.

Ia memaparkan saat ini terdapat 141 BUMN dan total aset yang dimiliki pada akhir 2009 tercatat sebesar 239 miliar dolar AS --merupakan 40 persen dari total Produk Domestik Bruto Indonesia.

Sementara total pendapatan di periode yang sama tercatat 106 miliar dolar dengan keuntungan bersih mencapai 9.4 miliar dolar .

Menyangkut pasar modal, kata Mustafa, sebagian besar perusahaan BUMN memiliki saham bereputasi tinggi ("blue chip") dan empat perusahaan yakni Telkom, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia dan Perusahaan Gas Negara, masuk dalam daftar 10 perusahaan top di pasar modal Indonesia.

Keluhan
"Indonesia Corporate Day 2010" yang selenggarakan oleh Bank of America, Merril Lynch serta didukung oleh Goldman Sachs, Danareksa Sekuritas, Mandiri Sekuritas dan Bahana Sekuritas itu dilangsungkan di dua kota di AS, yakni Boston (26 Juli) dan New York (27 Juli).

Program diisi dengan pertemuan individual maupun kelompok antara perusahaan-perusahaan Indonesia dengan pengusaha AS.

Perusahaan BUMN yang hadir di Boston dan New York adalah Aneka Tambang, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Tabungan Negara, Jasa Marga, Perusahaan Gas Negara, Semen Gresik dan Telkom.

Tercatat 130 investor terlibat pertemuan di Boston, sementara 185 lainnya melakukan pertemuan di New York.

Program serupa akan berlanjut di Inggris, yaitu di London (29 Juli) dan Edinburgh (30 Juli), dan Timah Tbk akan bergabung dengan sembilan perusahaan BUMN lainnya untuk melakukan pertemuan dengan para pengusaha pasar modal Inggris.

Menurut Menteri Mustafa kepada ANTARA News, dalam berbagai pertemuan di Boston dan New York para investor AS sangat menaruh harapan terhadap sektor-sektor yang diyakini memiliki prospek bisnis menjanjikan.

Namun demikian, ia mengakui masih ada beberapa kekhawatiran dan keluhan yang disampaikan mereka dalam menanamkan modalnya di Indonesia, antara lain berkaitan dengan investasi jangka panjang seperti Hak Guna Usaha tanah, infrastruktur --terutama listrik-- serta stabilisasi kondisi sosial dan politik.

Pemerintah, ujarnya, terus berupaya mengatasi masalah-masalah tersebut agar keinginan pengusaha asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia tidak terganjal.

Saat memberikan pemaparan di New York Midtwon Conference and Client Center ia juga meyakinkan para pengusaha pasar modal AS bahwa Pemerintah Indonesia berupaya menjadikan BUMN menjadi perusahaan kelas dunia, yaitu perusahaan yang menguntungkan, bisa dipercaya, transparan serta memiliki target pencapaian yang kuat.

Visi tersebut, kata Mustafa, dijalankan Pemerintah melalui empat strategi, yaitu mengubah budaya kerja serta melakukan restrukturisasi, privatisasi dan pembangunan strategis.
(K-TNY/A011)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010