Surabaya, 29/7 (ANTARA) - Delapan aktivis Serikat Kebudayaan Masyarakat Indonesia (Sebumi) Jawa Timur ditangkap polisi saat menggelar aksi yang berlangsung ricuh di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis.

Dalam aksi yang dimanfaatkan untuk ajang deklarasi Sebumi Jatim itu, aktivis yang ditangkap polisi adalah Glendank (Ketua Sebumi), Ambon, Yogi Sebumi, Yogi SKMRI, Toha, Feri, Nani, dan Heri.

Wartawan ANTARA melaporkan penangkapan itu berawal dari aksi pembakaran replika babi berukuran 6x3 meter, kemudian polisi membubarkan puluhan aktivis Sebumi Jatim.

Polisi membubarkan aktivis Sebumi Jatim yang mengelilingi replika babi bertuliskan "Pemakan Uang Rakyat" itu untuk memadamkan api, bahkan polisi terlihat sudah siap dengan alat pemadam api berukuran kecil.

Pembubaran secara paksa itu menimbulkan kericuhan, sehingga sejumlah aktivis Sebumi Jatim berhamburan, namun polisi akhirnya menangkap delapan aktivis Sebumi Jatim.

"Mereka seharusnya menggelar aksi secara intelek, sebab kalau aksi dengan pembakaran itu mengganggu ketertiban umum," kata seorang polisi yang menangkap para aktivis Sebumi itu.

Setelah itu, beberapa polisi membersihkan sisa kebakaran dan meminggirkan kerangka replika babi itu, sedangkan aktivis Sebumi yang masih bertahan pun meneruskan orasinya.

Dalam aksi untuk deklarasi Sebumi Jatim yang diikuti sejumlah pengamen jalanan itu, para aktivis Sebumi membawa poster bertuliskan orang miskin dilarang pintar, hentikan garuk anak jalanan, kesehatan gratis, dan sebagainya.

"Kami menggelar aksi untuk mengingatkan masyarakat supaya bersikap kritis, karena kesejahteraan sulit diharapkan dari pemerintah yang memihak kapitalis," kata ketua Sebumi Jatim, Glendank.

Menurut dia, Sebumi yang sudah berdiri di Surabaya, Tuban, Mojokerto, Madiun, Sidoarjo, dan sebagainya itu juga mengingatkan bahwa kapitalis itu hanya mementingkan diri sendiri.

"Karena itu, kami menggambarkan dengan replika babi yang gemuk dan rakus, sedangkan warna hitam pada babi untuk menunjukkan bahwa pemerintah tidak mau tahu terhadap kegelapan yang dialami rakyatnya," katanya.

Secara terpisah, anggota divisi pendidikan Sebumi Jatim, Toyib, mengaku pihaknya akan menuntut pembebasan delapan aktivis yang ditangkap polisi.

"Kami akan coba upayakan pembebasan kawan-kawan kami, apakah dengan aksi lagi atau dengan negosiasi," katanya. ***1***

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010