Jakarta (ANTARA News) - "Hubungan antar negara ibaratnya hubungan antar manusia yang kadang dipenuhi konflik dan saling curiga namun dengan pendekatan personal perdamaian bisa terjadi".

Itulah filosofi yang dianut seorang Damos Dumoli Agusman, Konsulat Jendral Indonesia untuk Frankfurt, Jerman, yang baru dilantik Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa Jumat (30/7) di Jakarta.

"Saya menilai dalam diplomasi dibutuhkan `human touch` yakni berupa lobi dan diskusi dengan pihak terkait agar semua kecurigaan atau salah paham bisa terselesaikan dengan baik," ujarnya.

Pria kelahiran Aceh Barat, 4 Agustus 1963, ini mengambil contoh masalah perlakuan imigrasi Jerman yang masih memasukkan Indonesia ke dalam daftar negara yang berpotensi "mengirimkan" teroris sehingga butuh waktu hingga dua minggu bagi WNI untuk memperoleh visa bepergian ke Jerman. Menurutnya, kebijakan yang diambil Jerman sejak terjadinya peristiwa pemboman gedung World Trade Center (WTC) di New York 11 September 2001 itu tidak relevan bagi Indonesia.

"Indonesia sudah menandatangani perjanjian bebas visa dengan Belanda, Swiss dan Austria yang notabene juga anggota Uni Eropa walaupun WNI yang diizinkan masuk negara-negara tersebut baru sebatas diplomat dan pegawai pemerintah Indonesia. Ini artinya WNI setelah memasuki salah satu dari tiga negara Eropa tersebut bisa dengan bebas berkeliling ke negara Eropa lain termasuk Jerman," ujar pria yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya Kementrian Luar Negeri selama enam tahun ini.

Damos menambahkan jarak antara Indonesia dan Jerman yang jauh serta mahalnya harga tiket pesawat untuk bepergian ke negara-negara Eropa membuat hanya orang-orang yang berkecukupan secara materi saja yang sanggup melakukan perjalanan ke Jerman.

Menurutnya, hal ini seharusnya dimanfaatkan Jerman untuk menarik minat wisatawan Indonesia dan mempermudah proses pengurusan visa pengunjung.

"Dimasukkannya Indonesia dalam `negative list` keimigrasian Jerman sedikit banyak menghambat hubungan bisnis antar negara serta hubungan antar masyarakatnya," katanya.

Untuk itulah dalam memangku jabatannya sebagai Konjen Indonesia di Frankfurt, Damos bertekad akan melobi pemerintah Jerman terutama Kementrian Luar Negeri negara itu untuk menghapus nama Indonesia dalam `negative list` keimigrasiannya serta mempermudah proses pengurusan visa bagi WNI yang ingin bepergian kesana.

Selain masalah keimigrasian, suami dari Ermita Mariani dan ayah dari Yemima Agusman ini memiliki visi ingin mempromosikan Indonesia di Frankfurt lewat sektor riil.

"Di sektor bisnis, saya akan melakukan pendekatan berbeda yakni dengan menjadi penghubung langsung antara pebisnis Indonesia dan Jerman. Saya ibaratnya menjadi tenaga pemasaran pengusaha Indonesia dengan mempertemukan mereka dengan pengusaha Jerman yang berminat untuk berinvestasi atau melakukan hubungan bisnis langsung," ungkapnya.

Menurut pemegang gelar sarjana Hukum dari Universitas Padjadjaran Bandung tahun 1987 serta Master of Arts dari Hull University Inggris tahun 1991 ini pendekatan personal dengan memfasilitasi pertemuan bisnis antar pengusaha Indonesia dan Jerman akan meningkatkan nilai transaksi perdagangan antar kedua negara.

Dia menambahkan berdasarkan riset yang dilakukannya, pengusaha Indonesia lebih mengharapkan konjen Indonesia diluar negeri untuk memberikan mereka arahan mengenai produk ekspor apa yang kira-kira diminati di negara asing tersebut.(*)
(ANT/R009)

Oleh Oleh Amie Fenia Arimbi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010