Denpasar (ANTARA News) - Realisasi ekspor kepiting dan lobster dari Bali melorot hingga 50 persen awal 2010, karena pasokannya tergantung dari luar daerah.

"Bali sangat tergantung pada pasokan ikan dari luar daerah dalam memenuhi permintaan konsumen mancanegara," kata Kepala Seksi Ekspor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, Putu Bagiada SE di Denpasar, Sabtu.

Permintaan pasar akan kedua jenis komoditas hasil laut itu cukup besar terutama dari konsumen di Taiwan, China, Jepang, Singapura dan kawasan Asia lainnya, namun semua itu belum bisa terpenuhi dengan baik.

Petani menghasilkan kedua hasil laut itu, hanya saja produksinya baru untuk memenuhi permintaan pasar lokal yang kebutuhannya cukup besar terutama kepada konsumen yang terdiri atas wisatawan mancanewgara yang berlibur di Bali.

Bagiada mengatakan, Bali sebagai salah satu daerah tujuan pariwisata dunia, didatangi sekitar 925.000 wisatawan asing selama lima bulan pertama 2010, tentu dari mereka itu ada yang mengkonsumsi kepiting atau lobster.

Kebutuhan konsumen dari wisatawan tersebut cukup besar terutama disajikan para pengusaha hotel dan restoran yang bertaraf internasional, termasuk rumah makan yang tumbuh subur di pinggir pantai di Kuta atau Jimbaran.

Petani pantai di daerah Canggu Badung misalnya, memburu Lobster yang hasilnya hanya untuk memenuhi permintaan konsumen yang ada di hotel maupun restoran yang ada di daerah ini hanya sebagian kecil di ekspor ke Singapura.

Budidaya ikan kepiting yang ada di daerah ini bersekala kecil, produksinya tidak cukup memenuhi permintaan setempat, oleh sebab itu masih memerlukan pasokan dari luar daerah terutama dari produksi petani di Jawa.

Bagiada mengatakan, kedua jenis mata dagangan itu dalam perolehan devisanya di awal 2010 berkurang, khusus dari perdagangan ikan kepiting turun hingga 57 persen dari 45 ribu dolar menjadi hanya 19.260 dolar AS Januari-Mei.

Perdagangan ekspor Lobster juga mengalami nasib yang sama dari sebanyak 58 ton seharga 483 ribu dolar awal 2009 menjadi hanya 34 ton bernilai 277 ribu dolar Januari-Mei 2010, demikian Bagiada menjelaskan.
(ANT/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010