Yogyakarta (ANTARA News) - Tayangan infotainmen berakar dari budaya masyarakat Indonesia yang senang mempergunjingkan orang lain, kata pengamat media massa dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM), Ahmad Nyarwi.

"Infotainmen berangkat dari budaya masyarakat, terutama ibu-ibu rumah tangga yang senang menggosipkan orang lain," katanya, di Yogyakarta, Minggu.

Oleh karena itu, ia mengatakan, tayangan infotainmen sulit dihapus dari televisi Indonesia karena memiliki penggemar yang cukup banyak, bahkan fanatik.

"Terlebih lagi tayangan infotainmen memberikan pemasukan uang iklan yang besar kepada televisi yang menyiarkan, dan rumah-rumah produksi yang membuat tayangan infotainmen," katanya.

Ia mengatakan, yang menjadi persoalan saat ini adalah tayangan-tayangan tersebut tidak memiliki standar etika maupun standar jurnalistik yang baku.

"Seharusnya tayangan infotainmen mematuhi standar etika karena bagaimana pun juga mereka bekerja di ruang publik walaupun substansi yang ditayangkan sering terlampau privat dan tidak layak dikonsumsi," katanya.

Menurut dia, pengetatan standar etika bagi tayangan infotainmen bukan berarti memasung kebebasan berkreativitas bagi para pekerja infotainmen.

"Pekerja infotainmen harusnya juga sadar bahwa kebebasan yang sering menjadi tameng saat ada wacana penghapusan infotainmen, sering menciderai kebebasan maupun hak-hak privat orang lain," katanya.

Nyarwi mengemukakan, jika tayangan,infotainment ingin dimasukkan sebagai produk jurnalistik, maka seharusnya para pekerja infotainmen mematuhi kode etik dan tradisi-tradisi jurnalistik yang berlaku.
(U.ANT-158/M008/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010