Jakarta (ANTARA News)- Siapa bilang perempuan berkarir akan menelantarkan anaknya?

Sebuah studi baru-baru ini menemukan dampak positif dari  perempuan yang bekerja meski hal itu  masih tergantung dari cara sang ibu memberikan perhatian yang baik dan menjadi orang tua yang terampil ketika sedang libur.

Kerugian yang bisa dialami si anak ketika ibu mereka kembali bekerja sebelum anak berusia setahun, akan terbayar dengan manfaat yang didapat dari bekerja.

Sebelumnya, para peneliti menemukan bahwa bayi berumur kurang dari setahun dengan ibu yang bekerja "full time" cenderung punya kemampuan yang rendah dan ini berlanjut hingga sekolah dasar.

Penelitian itu lalu disanggah oleh penelitian lain yang memasukkan variabel-variabel manfaat dari bekerja, seperti bertambahnya penghasilan.

Jika sang ibu bekerja maka ia akan sanggup memberikan kehidupan yang baik bagi anaknya, misalnya karena penghasilannya yang tinggi.

Ibu yang bekerja juga lebih bisa merawat anaknya dengan lebih baik karena bisa berbelanja barang kebutuhan terbaik bagi anaknya.

Dan, yang paling mengherankan, penelitian itu menemukan bahwa ibu yang bekerja ternyata lebih punya sensitivitas - atau lebih tanggap terhadap anak mereka -  ketimbang yang tidak bekerja.

Manfaat-manfaat "tak langsung" ini membantu perkembangan anak dan mengganti kerugian dari kerja "full time", kata para peneliti di Columbia University.

Bagaimana jika sang ibu bekerja paruh waktu? ternyata bisa memberikan dampak yang lebih bagus lagi pada si anak, asal maksimal kerja sampingan itu 30 jam setiap pekan.

Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang bekerja paruh waktu akan memberikan manfaat lebih besar bagi anak di tahun pertama kehidupannya, dibandingkan dengan ibu yang bekerja "full time".

Namun, jika si ibu bekerja kembali ketika si anak berumur tiga bulan, hal ini dapat ikut membuat si anak berperilaku kurang baik di TK maupun sekolah, walaupun ada manfaat dari bekerja.

The Institute for Social and Economic Research di Essex University juga menemukan bahwa anak yang terlalu dini ditinggalkan ibunya yang bekerja, akan cenderung lamban perkembangannya dengan kemampuan verbal yang rendah.

Unicef, pada 2008, mengklaim bahwa ibu yang kembali bekerja sebelum anaknya berusia setahun, ternyata mempertaruhkan perkembangan anak mereka.
(Ber/A038/BRT)


Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010