Srinagar (ANTARA News/AFP) - Lima pemrotes tewas di Kashmir India dalam bentrokan dengan pasukan keamanan, Senin, kata polisi, selama demonstrasi keras terakhir menentang kekuasaan India.

Empat dari mereka tewas ditembak oleh pasukan keamanan dalam sejumlah insiden di lembah Kashmir yang berpenduduk mayoritas muslim, kata seorang polisi yang menolak disebutkan namanya kepada AFP.

Orang kelima tewas dalam kekacauan berdesakan setelah penembakan mematikan di daerah Sangam, sekitar 35 kilometer sebelah selatan Srinagar, ibukota musim panas Kashmir India, kata polisi itu.

Dalam penembakan yang menewaskan empat orang, menurut polisi itu, "pasukan keamanan terpaksa melepaskan tembakan setelah penggunaan pentungan dan gas air mata gagal membubarkan pemrotes".

Dalam salah satu penembakan, seorang pria tewas dan 10 pemrotes terluka ketika mereka berusaha menyerbu sebuah kantor polisi, katanya.

Kashmir India bergolak sejak seorang remaja laki-laki yang berusia 17 tahun tewas setelah terkena tembakan gas air mata polisi pada 11 Juni.

Sekitar 40 warga sipil tewas sejauh ini dalam bentrokan-bentrokan dengan pasukan keamanan sejak itu, sebagian besar akibat tembakan polisi. Banyak dari mereka yang tewas itu adalah remaja.

Senin, Menteri Besar Kashmir Omar Abdullah pergi dengan pesawat terbang ke New Delhi untuk berunding dengan Perdana Menteri Manmohan Singh mengenai cara mengakhiri lingkaran kekerasan tersebut.

Demonstrasi anti-India meningkat tajam di Kashmir sejak kematian remaja itu pada 11 Juni.

Setiap kematian sejak 11 Juni menyulut kekerasan lebih lanjut meski telah ada seruan agar tenang dari Menteri Besar Kashmir Omar Abdullah. Pemuda dan remaja seringkali termasuk diantara demonstran yang melemparkan batu ke arah pasukan keamanan selama pawai.

Separatis Kashmir mengadakan pawai secara rutin, yang seringkali berbuntut kekerasan, sejak 2008. Puluhan pemrotes tewas dalam pawai sejak itu, sebagian besar akibat tembakan polisi.

Kekerasan di Kashmir turun setelah India dan Pakistan meluncurkan proses perdamaian yang bergerak lambat untuk menyelesaikan masa depan wilayah tersebut.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010