Beirut (ANTARA News/AFP) - Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah Selasa menuduh Israel telah melakukan pembunuhan terhadap mantan perdana menteri Rafiq al-Hariri pada 2005 dan mengatakan ia akan mengungkapkan bukti dengan tujuannya pada konferensi pers pekan depan.

"Saya menuduh musuh Israel melakukan pembunuhan atas (mantan) PM Rafiq Harri dan ... saya akan membuktikan ini dengan informasi sensitif yang akan terungkap pada konferesi pers Senin," kata Nasrallah dalam pidato yang diteruskan melalui hubungan video.

Pemimpin Syiah itu menyatakan ia akan menyampaikan bukti dan audiovisual yang menunjukkan bahwa agen-agen Israel telah bekerja untuk mengeksploitasi "persaingan politik" kelompoknya yang didukung Iran dengan Hariri, seorang Muslim Sunni yang dekat dengan Arab Saudi. Ulah negara teroris Israel itu adalah untuk menimpakan pembunuhan itu pada Hizbullah.

Ia tidak memberikan perincian lagi.

Nasrallah pada Juli telah mengungkapkan, ia menyadari pengadilam dukungan PBB yang menyelidiki pembunuhan Hariri ... mungkin akan mendakwa anggota-anggota kelompok milisinya, mengecam pengadilan itu sebagai berat sebelah dan bagian dari rencana Israel.

Pernyataannya itu telah memicu kekhawatiran akan meletusnya kekerasan di Libanon yang telah tegang dan mendorong pertemuan puncak penting di Beirut pekan lalu antara Presiden Suriah Bashar al-Assad, Raja Arab Saudi Abdullah dan para pemimpin Libanon.

Hariri dan 22 orang lainnya tewas dalam pemboman sangat besar di tepi laut Bairut pada 24 Februari 2005.

Pembunuhan itu telah memicu teriakan internasinal dan menyebabkan penarikan tentara Suriah dari Libanon setelah kehadiran selama 29 tahun.

Pembunuhan Hariri secara luas telah dipersalahkan pada Suriah, pendukung utama Hizbullah bersama dengan Iran.

Damaskus secara konsisten membantah keterlibatannya.

Pidato Hizbullah yang telah dijadwalkan sebelumnya pada Selasa itu terjadi beberapa jam setelah bentrokan antara militer Libanon dan Israel yang menewaskan dua tentara Libanon, seorang wartawan Libanon dan seorang komandan Israel.

Pidato itu pada awalnya dimaksudkan untuk menandai ulang tahun keempat berakhirnya perang 2006 antara kelompok gerilyawannya dan Israel.

Perang 34 hari itu berakhir pada 14 Agustus, tapi Nasrallah berbicara sebelum tanggal ulang tahun itu karena awal bulan suci Ramadan pekan depan. (S008/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010