Infeksi tersebut menyebar dengan cepat di seluruh Amerika Serikat Timur-laut dan Kanada dan tampaknya akan mengakibatkan kepunahan regional kelelawar kecil myotis coklat, tapi para peneliti itu melaporkan di dalam jurnal Science.
Hewan tersebut sebelumnya telah jadi spesies kelelawar yang paling umum di Amerika Utara dan dipandang menguntungkan akibat nafsu makannya yang besar terhadap nyamuk, lalat dan binatang perusak lain.
"Ini adalah salah satu krisis margasatwa yang paling parah yang telah kita hadapi," kata Winifred Rick di University of California, Santa Cruz.
"Kelelawar yang terpengaruh oleh penyakit ini adalah semua spesies pemangsa serangga, dan satu kelelawar dapat melahap serangga dalam jumlah yang sama dengan berat badannya setiap malam, termasuk sebagian mengkonsumsi serangan penyebar penyakit."
Sindrom tersebut, yang berkaitan dengan jamur yang menyebar di kalangan kelelawar sewaktu hewan itu tidur selama musim dingin, mempengaruhi sedikitnya tujuh spesies, kata para peneliti tersebut.
Penyakit itu baru diidentifikasi empat tahun lalu, pada kelelawar yang bersarang di gua di dekat Albany, New York. Sejak itu, lebih dari 1 juta hewan mamalia terbang tersebut telah menemui ajal sampai ke Tennessee dan Oklahoma.
"Hilangnya demikian banyak kelelawar pada dasarnya adalah pengalaman yang sangat mengerikan karena betapa semua hewan ini sangat berpengaruh dalam pengendalian serangga," kata Frick sebagaimana dikutip Reuters.
Jamur membunuh dengan cara yang terselubung, sehingga kelelawar itu tak bisa beristirahat saat mereka tidur selama musim dingin. Saat merekagelisah, mereka membakar simpanan lemak mereka. Para peneliti tersebut memperkirakan bahwa 73 persen hewan itu di satu koloni mati segera setelah semua hewan tersebut terserang infeksi.
"Mengingat penyebaran cepat jamur ini secara geografis selama empat tahun belakangan, kami dapat memperkirakan bahwa sindrom hidung putih akan sangat mempengaruhi spesies kelelawar yang merupakan sebagai koloni kelelawar yang tidur pada musim dingin di AS.
Hewan yang terancam meliputi dua spesies yang oleh pemerintah federal didaftar sebagai hewan yang terancam punah dan kebanyak ada di negara bagian Midwestern," kata ahli biologi di Boston University, Thomas Kunz, di dalam satu pernyataan.
Suatu penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang menjelajahi banyak gua telah membantu penyebaran jamur itu dengan cepat. Jamur tersebut kelihatannya juga telah menyebar dari kelelawar ke kelelawar, dan banyak pemerintah lokal serta regional telah menutup guna dari masyarakat umum ketika penularan melonjak.
Kelelawar tampaknya memiki sedikit, atau malah tak memiliki, kekebalan terhadap jamur yang hidup di daerah dingin, yang disebut Geomysces destuctans, kata para peneliti itu. Jamur tersebut menutupi mulut kelelawar dan menyerang kulit mereka, kata U.S. Fish and Wildlife Service.
"Kemerosotan populasi separah itu, terutama jika penyakit menyebar lebih cepat ke arah selatan dan barat dari penyebarannya saat ini di bagian timur Amerika Utara, mungkin bisa mengakibatkan perubahan yang tak dapat diperkirakan dalam fungsi dan tatanan ekosistem," demikian kesimpulan Kunz dan tem Frick.
(C003/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010