Indramayu (ANTARA News) - Mayarakat seni Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, berduka atas wafatnya penari topeng legendaris Mimi Rasinah di Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu, Sabtu.

Pada usianya yang ke-80, Mimi Rasinah maestro tari topeng asal Kota Mangga menghembuskan nafas terakhir di kelilingi sanak keluarga tercinta. Sewaktu sehat almarhum Rasinah aktif berkreasi mengembangkan tarian klasik.

Erly salah seorang cucu Mimi Rasinah menuturkan, kepada wartawan di Indramayu, Sabtu, mengatakan kesehatan neneknya semakin menurun setelah melakukan pentas seni di Jakarta beberapa hari lalu.

"Mimi menderita sakit stroke kurang dari empat tahun namun semangat menari masih tetap tinggi sehingga menciptakan tarian Panji Rogoh Sukma,tarian tersebut sempat dipertunjukan di Gedung Bumi Patra, Indramayu," kataya.

Dikatakannya, kepergian Mimi meninggalkan luka yang cukup mendalam, semangat untuk mengembangkan seni tradisional harus dijadikan contoh baik oleh keluraga juga warga Indramayu.

Sementara itu Dedez salah seorang pengurus Dewan Kesenian Indramayu mengungkapkan, kepergian Mimi Rasinah menyimpan rasa sedih yang cukup mendalam,karena almarhum sangat berjasa membangun seni Kota Mangga.

Dia menceritakan, Tarian Panji Rogoh Sukma menjadi tarian kebangkitannya dari keterbatasan fisik akibat stroke yang dideritanya selama kurang dari empat tahun belakangan ini.

"Di hadapan ratusan penonton ia membawakan tarian panji hanya dengan tangan kanan dalam posisi duduk. Namun masih terlihat sebagai Rasinah sang maestro. Gerakan ukel dan seblaknya halus, mengalir seiring dengan tabuhan gamelan," katanya

"Saat pertunjukan Mimi Rasinah tak memakai topeng. Namun, gambaran mimik wajah Rasinah justru menambah tegas karakter panji yang dibawakannya, menari dalam tenang dan diam. Beda dari biasanya selalu mengenakan topeng," katanya.

Dikatakannya, seniman Dermayu menyebut Rasinah sebagai legenda hidup. Mimi lahir dari keluarga seniman. Ayahnya, Lastra, adalah dalang, sedangkan ibunya seorang ronggeng. Rasinah sejak kecil sudah diajak berkeliling menari topeng oleh orang tuanya dari satu daerah ke daerah lain.

"Mimi terbiasa dengan hidup susah. Serba sulit sehingga Menjalani `tarekat` atau hidup penuh keprihatinan. Tidur hingga larut malam juga berpuasa `mutih`, hanya makan segala sesuatu yang serba putih hingga dewasa," katanya.

Rumah milik Mimi Rasinah bahkan sempat ambruk pada tahun 1999. Para seniman dan donatur kemudian memberikan bantuan untuk memperbaikinya juga membuat sanggar, kata dia.

(ANT-061/Y008/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010