Tangerang (ANTARA News) - Memprihatinkan kondisi Yori, bayi penderita penyempitan usus yang terpaksa memakai kertas pembungkus tahu untuk menampung kotoran karena ketidakmampuannya membeli kertas plastik yang dianjurkan dokter.

"Kertas plastik yang dianjurkan dokter itu harganya mahal, tidak mungkin kami terus-terusan membelinya, sehingga kertas pembungkus tahu ini sepertinya hampir sama dengan yang dianjurkan dokter," kata Dewi Susanti, Ibu Yori Ramanda di Tangerang, Sabtu.

Yori, bayi berusia tiga bulan ini pasca operasi saluran usus pertama tanggal 14 Juni 2010 lalu di RS Harapan Kita, Jakarta, dipasangkan plastik khusus untuk membuang kotorannya.

Berhubung plastik yang dianjurkan dokter itu harganya mahal, orang tua Yori lalu menggantinya dengan plastik pembungkus tahu.

Plastik tahu dinilai Dewi hampir sama dengan plastik anjuran dokter karena bahannya lembut dan tidak membuat sakit untuk bagian sensitif Yori. Berbeda dengan plastik khusus yang harganya mencapai Rp 85 ribu meskipun memiliki kualitas yang jauh lebih baik.

Tak hanya itu saja, sebelum di pakaikan plastik, bagian ujung usus Yori harus terlebih dahulu diolesi salep seharga Rp260 ribu agar Yori tidak infeksi.

"Harganya terlalu mahal bagi kami. Sebab, kebutuhan Yori bukan itu saja, tetapi masih banyak. Apalagi suami saya hanya supir angkutan," bebernya.

Dewi mengaku harus dipusingkan  dengan rencana operasi tahap 2 untuk menormalkan kembali kondisi anaknya.

"Sekarang bukan hanya pusing membeli kebutuhan dari Yori, tetapi bagaimana nanti operasi kedua. Sedangkan saat ini, dana sudah habis," imbuhnya.

Yori Ramanda, bayi berusia tiga bulan yang tinggal di Jalan Ari Putra RT 05/RW 10 No.67, Kedaung, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, tidak bisa buang air besar akibat penyempitan usus. (*)

ANT/R010/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010