Kabul (ANTARA News/AFP) - Lima tentara NATO tewas di wilayah bergolak Afghanistan selatan, kata pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara itu pada Minggu. Satu prajurit tewas oleh bom rakitan dan dua lagi akibat serangan pejuang pada Sabtu, kata pernyataan Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan NATO tanpa merinci.

Dua prajurit Denmark juga tewas pada Sabtu sesudah tank mereka menghantam bom jalanan saat patroli di provinsi rusuh Helmand.

Ledakan itu mencederai tiga tentara lain, dua di antaranya parah, kata tentara Denmark.

Sekitar 750 tentara Denmark berada dalam ISAF dan bertugas di Helmand di bawah kepemimpinan Inggris.

Tigapuluh empat tentara Denmark tewas di Afghanistan sejak pengerahan mereka dimulai.

Negara Skandinavia berpenduduk 5,5 juta orang itu menderita lebih banyak kematian ketimbang negara lain dalam persentase jumlah tentara dalam ISAF.

Dua tentara lain Denmark tewas di Afghanistan di luar pertempuran, satu karena serangan jantung dan yang lain akibat bunuh diri.

Peledak rakitan adalah senjata pilihan Taliban dalam perjuangan kian mematikan di wilayah jantung mereka di propinsi Helmand dan Kandahar, tempat sekitar 30.000 tentara asing dikerahkan.

Kematian itu membuat jumlah tentara asing tewas di Afghanistan pada tahun ini menjadi 422 orang, kata hitungan kantor berita Prancis AFP berdasarkan atas laman mandiri icasualties.org.

Pada 2009, 520 tentara kehilangan nyawa dalam melawan perjuangan itu, yang menjadikannya tahun paling mematikan bagi pasukan asing, yang memerangi pejuang Taliban dan sekutunya di negara tersebut.

NATO dan Amerika Serikat menugaskan hampir 150.000 tentara di negeri terkoyak perang itu, dengan 30.000 ditempatkan di jantung Taliban di provinsi selatan, Helmand dan Kandahar.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.

Banyak di antara tentara dari 43 di negara terkoyak perang itu tewas akibat peledak buatan rumahan IED, yang ditanam pejuang Taliban.

IED, senjata pilihan Taliban, adalah bom kasar, yang diledakkan melalui kendali jauh atau ranjau piring (lempeng tekanan), yang meledak jika alat itu diinjak atau dilindas.

NATO menghadapi kemunduran besar di Afghanistan saat Gedung Putih memecat Jenderal Amerika Serikat Stanley McChrystal, yang mengecam presiden dan penasihat utama dalam wawancara dengan sebuah majalah.

Perpecahan muncul di persekutuan 46 negara itu saat berusaha memadamkan perlawanan sembilan tahun Taliban, dengan utusan khusus Inggris memperpanjang cuti, korban meningkat dan laporan bahwa Amerika Serikat "tanpa sengaja" mendukung panglima perang.

Kongres Amerika Serikat pada ahir Juni menyatakan siasat perang Afghanistan dirusak pembayaran jutaan dolar (miliaran rupiah) kepada panglima perang untuk mengawal iringan pasokan ke lebih dari 200 pangkalan tentara Amerika Serikat di seluruh negeri tersebut.(*)
(B002/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010