Jakarta (ANTARA News) - Produksi beras dunia akan turun tajam karena suhu di sejumlah sentra beras dunia meningkat akibat perubahan iklim, demikian sebuah studi dari tim ilmuwan internasional seperti dikutip ScienceDaily.

Tim penelitian ini menemukan bukti-bukti bahwa dampak bersih dari suhu yang diproyeksikan naik, akan memperlambat pertumbuhan produksi beras Asia.

Kenaikan suhu serupa selama 25 tahun terakhir lalu telah memangkas pertumbuhan produksi beras di sejumlah sentra padi dunia antara 10-20 persen.

Dipublikasikan pada edisi online tangal 9 Agustus 2010 oleh National Academy of Sciences, laporan itu menganalisis data selama enam tahun terakhir dari 227 pesawahan beririgasi di enam negara penghasil utama beras Asia, yang memproduksi sekitar 90 persen beras dunia.

"Kami mendapati bukti bahwa ketika temperatur minimum harian naik, atau begitu malam menjadi lebih panas dari biasanya, maka produksi beras anjlok," kata Jarrod Welch, kepala tim penelitian itu, sekaligus mahasiswa jurusan ekonomi pada Universitas California di San Diego.

Ini adalah riset pertama yang menaksir dampak baik suhu maksimum maupun minimum harian terhadap produksi beras beririgasi di pesawahan-pesawahan daerah tropis dan subtropis Asia.

"Penelitian kami ini unik karena menggunakan data yang dikumpulkan dari sawah-sawah milik petani, di luar kondisi yang sebenarnya. Ini adalah tambaha penting untuk apa yang telah kami kenali dari eksperimen-ekperimen terkontrol sebelumnya," kata Welch.

"Petani bisa dianggap dapat beradaptasi dengan kondisi yang tengah berubah, sehingga kondisi yang sebenarnya, dan begitu pula hasilnya, mungkin berbeda dari keadaan dalam lingkup eksperimen terkendali," tambahnya.

Sekitar tiga miliar orang memakan nasi setiap hari, dan lebih dari 60 persen penduduk miskin nan kurang gizi di dunia yang jumlahnya 1 miliar orang serta umumnya tinggal di Asia, sangat menggantungkan diri kepada beras untuk memenuhi kebutuhan pangannya.

Penurunan produksi beras akan berarti lebih banyak lagi orang yang akan terperosok ke jurang kemiskinan dan kelaparan, demikian para peneliti.

"Selain itu, suhu di siang hari yang lebih panas bisa meningkatkan produksi beras, namun penurunan produksi di masa mendatang disebabkan oleh suhu panas di malam hari," kata Welch.

"Dan jika suhu di siang hari menjadi lebih tinggi, petani terpicu untuk membatasi produksi padinya, sehingga menciptakan penurunan tambahan pada produksi beras."

"Jika kita tidak dapat mengubah metode produksi beras atau mengembangkan varietas baru yang tahan terhadap suhu yang lebih panas, maka akan terjadi ketimpangan produksi padi pada beberapa dekade mendatang karena siang dan malam menjadi lebih panas. Ini akan terus memburuk jika kenaikan suhu terjadi sampai pertengahan abad ini," imbuhnya. (*)

sciencedaily/yudha/jafar

Pewarta: Yudha Pratama Jaya
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010