Tokyo (ANTARA News) - Sejumlah politisi sayap kanan Eropa, termasuk pemimpin Front Nasional Prancis Jean-Marie Le Pen, telah mengunjungi sebuah kuil perang yang kontroversial di Tokyo, Sabtu, menjelang ulang tahun penyerahan Jepang kepada tentara Sekutu pada Perang Dunia II.

Delegasi itu memberikan penghormatan di Kuil Yasukuni di Tokyo tengah dan ikut ritual Shinto di altar utama kuil itu, sebagai bagian dari serangkaian acara di Jepang, sebagaimana dikutip dari AFP.

Kuil itu, yang dibangun untuk menghormati 2,5 juta orang Jepang yang tewas karena perang, termasuk 14 penjahat perang penting dari PD II, sering dianggap sebagai simbol agresi Jepang pada masa perang.

Sejumlah orang Jepang, termasuk para veteran perang, politisi dan keluarga mereka yang tewas dalam perang telah merencanakan untuk mengunjungi kuil tersebut, Ahad, ulang tahun ke-65 penyerahan diri Jepang itu.

"Tidak mengganggu saya untuk menghormati para tentara veteran dari bekas musuh," kata Le Pen yang berusia 82 tahun, yang akan pensiun pada Januari 2011 setelah partainya memilih penggantinya, pada Kamis lalu.

"Jika kita membicarakan mengenai penjahat perang, bukankah mereka yang membom Hiroshima dan Nagasaki juga penjahat perang?," ia bertanya, merujuk pada serangan bom nuklir Amerika Serikat di kedua kota itu pada 6 dan 9 Agustus 1945.

Para politisi Eropa tiba di Tokyo pada awal pekan ini atas undangan gerakan Issui-kai Jepang, yang mengorganisir konferensi dua hari untuk membicarakan masa depan kelompok nasionalis.

Di antara peserta lainnya adalah Adam Walker, orang domor dua di Partai Nasional Inggris. Selain dia, ada para wakil partai-partai sayap kanan dari Austria, Portugal, Spanyol, Hungaria, Rumania dan Belgia.

Issuui-kai atau "Masyarakat Rabu", dibentuk pada 1970-an oleh para penggemar novelis Yukio Mishima, yang bunuh diri setelah gagal memberikan semangat pada Pasukan Bela Diri Jepang untuk melakukan kudeta yang akan memulihkan kekuasaan kaisar.

Pemimpin gerakan itu, Mitsuhiro Kimura, belakangan ini berusaha memperkuat hubungan dengan kelompok sayap kanan internasional untuk menghadapi apa yang ia lukiskan sebagai angka kelahiran yang rendah di negara-negara maju, yang meningkatkan kebutuhan akan imigrasi skala-besar.
(S008/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010