Davao, Filipina (ANTARA News) - Lima tentara Filipina tewas dan seorang lainnya terluka setelah pos terdepan militer yang terpencil di Filipina Selatan diserang pemberontak komunis Selasa.

Sumber militer Filipina menyebutkan, para penyerang berjumlah sekitar 30 orang pria bersenjata. Mereka merupakan anggota Tentara Rakyat Baru (NPA).

Juru bicara militer regional, Letnan Kolonel Randolph Cabangbang, mengatakan, serangan di pos detasemen kecil beranggotakan enam tentara itu dilakukan sebelum fajar.

Para penyerang itu tidak hanya menewaskan dan melukai tentara yang bertugas tetapi juga mencuri tiga senapan korban, katanya.

"Pemberontak-pemberontak itu dapat mendekati dan mengepung pos terdepan itu. Hujanan tembakan yang terpusat menewaskan semua tentara yang mempertahankan pos kecuali satu orang," katanya.

Kondisi tentara yang selamat namun terluka itu tidak diketahui dengan segera.

Unit kecil itu telah ditempatkan di Desa La Fortuna di Pulau Mindanao Filipina selatan yang besar untuk mengganggu aktivitas NPA di sebuah tempat yang dianggap sebagai markas pasokan pemberontak setempat, kata Letnan Kolonel Dominic Bagaipo, seorang jurubicara militer setempat.

NPA yang didukung sekitar 5.000 orang anggota itu telah melancarkan serangan Maois di Filipina, negara berpenduduk mayoritas Katolik, sejak 1969.

Serangan para pemberontak NPA umumnya relatif rendah tapi konflik bersenjata itu telah menewaskan ribuan orang.

Presiden baru Filipina, Benigno Aquino, mengatakan ia mengharapkan adanya pembicaraan damai kembali dengan kelompok NPA atau enam tahun setelah NPA mengakhiri perundingannya dengan pemerintahan (mantan) Presiden Gloria Arroyo.

Delapan orang polisi dan seorang pejabat setempat juga tewas dalam serangan komunis di Pulau Samar Filipina tengah, Sabtu.

Penasehat perdamaian Aquino, Teresita Deles, mengatakan, setelah insiden pembunuhan hari Sabtu, aksi kekerasan yang terus terjadi telah melemahkan kepercayaan pada prospek perundingan antara kubu pemberontak dan pemerintah.

"Serangan NPA telah merusak aspirasi masyarakat kita pada perdamaian dan membuat jalan ke depan lebih sulit," kata Deles kepada wartawan.
(S008/R013)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010