Jakarta (ANTARA News) - Presiden Indonesia Islamic Business Forum (IIBF) Heppy Trenggono meminta agar pemerintah Republik Indonesia segera mengambil sikap tegas terhadap negara Malaysia yang belakangan ini dinilai sudah merugikan bangsa Indonesia, terkait insiden di Pulau Bintan, Kepri (13/8).

"Sikap tegas ini perlu diambil oleh pemerintah RI, karena Malaysia sudah seringkali berulah terhadap negara Indonesia," kata Heppy Trenggono kepada pers dalam acara buka puasa bersama di Jakarta, Kamis malam.

Heppy menyatakan, sikap pemerintah RI terhadap Malaysia selama ini tidak tegas. Sehingga Indonesia selalu dianggap remeh oleh Malaysia. "Jika pemerintah RI tidak segera mengambil sikap tegas terhadap Malaysia, Heppy khawatir hubungan kedua Negara ini akan semakin memburuk," katanya.

"Hubungan yang tidak harmonis antara Indonesia dan Malaysia belakangan ini, juga akan berpengaruh terhadap pengusaha Indonesia dan Malaysia. Jika kemelut ini dibiarkan berlarut-larut akan berdampak buruk terhadap para pengusaha," kata Heppy.

Menurut dia, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia belum perlu diputuskan saat ini. Karena, para TKI kita yang bekerja di Malaysia saat ini jumlahnya jutaan orang.

"Pemutusan hubungan diplomatik Indonesia dan Malaysia bukan solusi terakhir untuk meredam kemelut ini. Yang perlu dilakukan oleh pemerintah RI melalui Presiden SBY berpidato di depan rakyat Indonesia untuk mengambil sikap tegas," katanya

Pria asal Batang , Jawa Tengah ini menambahkan, kelakuan Malaysia yang merugikan Negara Indonesia bukan sekali ini saja terjadi, akan tetapi sudah sering dilakukannya.

Belum lama ini Malaysia telah menangkap 3 orang pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Mereka ditangkap oleh Polisi Malaysia. Namun, karena desakan masyarakat Indonesia yang begitu kuat akhirnya Malaysia membebaskan ketiga orang tersebut.

"Yang ditangkap oleh Malaysia ini kan sama saja pejabat KKP sebagai simbol Negara RI. Artinya, pemerintah RI harus segera mengambil sikap tegas terhadap Malaysia," demikian Heppy Trenggono.(*)
(ANT/R009)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010