Sidoarjo (ANTARA News) - Krisis ekonomi global membuat puluhan perajin di sentra industri sepatu Desa Kemasan dan Ponokawan, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo menjerit menyusul naiknya harga bahan baku sepatu.

Ketua Koperasi Sumber Karya Usaha, Akhmad Burhanuddin mengatakan sebanyak 48 dari 65 perajin sepatu yang masuk dalam keanggotaan koperasi mulai mengeluh sejak 3-4 bulan ini. "Hal ini, disebabkan naiknya harga bahan baku impor," katanya, Rabu.

Ia mengatakan, harga bahan baku yang mengalami kenaikan berupa kap (bagian atas) sepatu dan lem. Untuk kap sepatu dari jenis bahan Regia, Sonia, dan Nobuk, yang kebanyakan diimpor dari China dan Korea mengalami kenaikan rata-rata 30 sampai 40 persen mengikuti pergerakan nilai tukar dolar.

Ketika nilai tukar dolar terhadap rupiah Rp9 ribu, harga kap sepatu Rp35 ribu per meter. Kini, harga tersebut beranjak naik menjadi Rp44 ribu per meter. "Harga Rp44 ribu rupiah itu waktu kami mengambil bahan di Pasar Kramat Gantung Surabaya awal pekan ini. Mudah-mudahan minggu depan ini nilai tukar dollar tidak berubah," katanya.
Selain harga kap sepatu, kenaikan juga terjadi pada bahan baku lem sepatu, baik lem kuning maupun putih. Untuk lem kuning harganya naik dari Rp180 ribu per galon atau seberat 12 Kg menjadi Rp300 ribu.

"Kenaikan tajam terjadi pada lem putih yang mencapai 50 persen lebih. Dari harga semula Rp260 ribu per galon kini menjadi Rp440 ribu," katanya.

Bapak empat anak ini mengaku sudah mendapatkan sinyal dari agen jika dalam waktu dekat ini akan ada kenaikan lagi yang diperkirakan menembus Rp500 ribu.

Sementara itu salah seorang perajin, Arba`atun mengatakan, sejak tiga bulan lalu pihaknya membatasi produksi, karena penjualan sepatunya mulai merosot

Empat bulan lalu dirinya bisa memproduksi sepatu sebanyak 70 kodi selama sepekan. "Tapi setelah krisis ekonomi global melanda, produksi kami berangsur turun menjadi 40 sampai 50 kodi," katanya.

Pembatasan produksi olehnya otomatis berimbas kepada 40 karyawannya. "Karyawan saya terpaksa saya batasi untuk tidak banyak-banyak membuat sepatu," urainya.

Lesunya penjualan sepatu dan sandal ini, membuat para perajin berharap agar pemerintah bisa melakukan langkah-langkah untuk mengubah keadaan ini.

"Harapan kami, pemerintah bisa membantu memasarkan produk kami, misalnya dengan mengadakan pameran," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009