Sustainability (berkelanjutan) yang terkait lingkungan telah menjadi indikator pasar secara global

Jakarta (ANTARA) - Produk lokal perlu benar-benar menerapkan prinsip berkelanjutan agar dapat bersaing tidak hanya di pasar domestik, tetapi juga untuk menjamah pasar global di berbagai kawasan di dunia.

"Sustainability (berkelanjutan) yang terkait lingkungan telah menjadi indikator pasar secara global. Kalau tidak menjadi perhatian kita, bisa saja produk kita bagus tapi tidak diminati oleh pasar," kata Ketua Program Pengembangan Bisnis Lestari, Lingkar Temu Kabupaten Lestari, Nelson Pomalingo dalam rilis di Jakarta, Senin.

Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) adalah asosiasi pemerintah kabupaten yang bertujuan mewujudkan target nasional untuk pembangunan berkelanjutan, salah satunya lewat pengembangan produk lokal yang ramah lingkungan dan ramah sosial.

Menurut dia, bicara soal produk ramah lingkungan, produk lokal sudah pasti lebih ramah lingkungan daripada produk impor, karena jalur distribusinya pendek, tidak menghasilkan terlalu banyak emisi karbon yang berpotensi menyebabkan krisis iklim.


Baca juga: Menparekraf ajak pelaku ekonomi kreatif bikin produk ramah lingkungan

Baca juga: Tetap trendi dengan produk berkelanjutan yang ramah lingkungan


Ia mencontohkan bahwa produk kecantikan dan perawatan kulit yang sedang digemari oleh konsumen di sejumlah negara Asia adalah produk yang mengandung bahan alami dan diproduksi secara berkelanjutan.

Berdasarkan temuan Lingkar Temu Kabupaten Lestari, pada 2020 di China permintaan akan produk perawatan kulit berbahan alami atau produk organik terbilang tinggi dan konsumen di Korea Selatan memilih produk berkelanjutan, tidak membahayakan, dan tidak membunuh hewan dalam proses pembuatannya.

Sementara itu, konsumen Jepang lebih memilih produk berkualitas tinggi dan berteknologi canggih. Kesadaran mereka akan kesehatan dan keberlanjutan meningkatkan pertumbuhan produk kecantikan alami dan organik.

Nelson Pomalingo yang juga menjabat sebagai Bupati Gorontalo itu menguraikan, karena berbasis potensi alam, berarti lingkungan yang menghasilkan itu harus dijaga, kualitas tanah dan air harus optimal. "Jika tidak, kualitas produk akan menurun," ujarnya.


Baca juga: Penggunaan kemasan produk berkelanjutan digencarkan di masyarakat


Terkait produk lokal, sebelumnya Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta pemerintah membuat regulasi yang mengatur pasar digital, sehingga produk lokal memiliki peluang yang sama besar, mengingat laporan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyebut 93 persen pasar digital diisi oleh produk impor.

"Itu kan artinya produk lokal kita hanya 7 persen saja. Ini harus menjadi perhatian bersama, karena UKM kita bisa tergerus kalau kondisi ini tidak diperbaiki," kata Ketua DPD LaNyalla lewat keterangan resmi diterima di Jakarta, Selasa (11/5).

Ketua DPD itu menilai perkembangan pasar digital Indonesia sebenarnya sangat besar. Sayangnya, peran produk lokal masih sangat kecil sehingga perlu digenjot agar bisa tumbuh lebih besar.

"Pemerintah harus mampu mengatur mekanisme pasar digital agar Indonesia tidak hanya menjadi market, tetapi juga menjadi produsen yang dapat mendominasi pasar," sebutnya.

Untuk itu, LaNyalla meminta Kementerian Perdagangan membuat berbagai inisiatif agar produk lokal bisa semakin meningkat di pasar digital. Selain regulasi yang baik, pendampingan kepada kelompok usaha kecil juga diharapkan dilakukan semaksimal mungkin.


Baca juga: Produk perikanan Indonesia aman dan berkelanjutan

Baca juga: Beragam sekolah disasar FSC-Indonesia ajak kenali produk berkelanjutan

Baca juga: Luhut: Indonesia optimalkan sumber daya antisipasi "green product"

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021