Beijing (ANTARA News) - Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan jangan "menggertak" Pyongyang jika mereka ingin mengurangi ketegangan-ketegangan regional, kata media negara China Selasa, setelah kunjungan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il.

Kim mengatakan kepada Presiden China, Hu Jintao bahwa negaranya bersedia untuk kembali ke perundingan perlucutan senjata nuklir yang lama terhenti, dan mengurangi ketegangan-ketegangan selama lima hari kunjungan ke China timur laut yang berakhir Senin, menurut laporan televisi negara China.

"Hidup di dalam bayangan Korea Selatan, Jepang dan AS, Korea Utara telah berusaha untuk memperkuat diri dalam rangka menangkis ancaman-ancaman militer, ancaman politik dan infiltrasi kebudayaan," kata Global Times dalam komentarnya.

"Keterbukaan Korea Utara akan membantu mengurangi ketegangan di timur laut Asia. Tapi simpulnya tidak hanya terletak pada sisi Utara. Negara lainnya di wilayah ini harus melipatgandakan upaya mereka untuk melepaskan simpul-simpul itu juga," kata surat kabar itu.

"Ketiga negara ini harus tidak menggertak Korea Utara lagi."

Pada Senin, AS memberlakukan sanksi-sanksi baru lagi kepada Korea Utara dalam bentuk membekukan aset dan larangan perjalanan, meningkatkan tekanan setelah tenggelamnya sebuah kapal angkatan laut Korea Selatan pada Maret, yang dipersalahkan pada Pyongyang.

Fokus lain adalah kunjungan Kim ke China - yang diduga bertujuan meminta legitimasi pada akhirnya serah terima kekuasaan kepada putra bungsunya, Kim Jong-Un - dan perekonomian negaranya yang tampaknya hampir bangkrut.

Kin berkunjung ke tempat-tempat industri dan meninjau kereta api berkecepatan tinggi selama kunjungannya yang diliputi misteri ke beberapa kota China - yang tampaknya dia mencari cara-cara untuk meningkatkan negaranya yang miskin, menurut media negara tersebut.

"Pada poin-poin ini Korea Utara memiliki kepentingan keras untuk membuka dan mengembangkan ekonominya," kata Global Times.

"Adalah sulit untuk dibayangkan bahwa suatu negara ingin tetap miskin dan terisolasi. Masyarakat internasional hendaknya tidak memojokkan Korea Utara di luar prasangka."

Pemimpin Korea Utara yang jarang melakukan perjalanan ke luar negeri, namun ini adalah kunjungan keduanya ke China - satu-satunya sekutu dan pembantu ekonomi Pyongyang - dalam tahun ini.

Kunjungan tersebut termasuk cukup lama, menurut kantor berita resmi China Xinhua, yang menyoroti perundingan Hu dengan Kim mengenai persoalan ekonomi, dan Hu mengatakan China "siap untuk menumbuhkan kerja sama perdagangan dan ekonomi" dengan Pyongyang.

Pemimpin China mengingatkan Kim, bahwa bagian dari keberhasilan Beijing selama tiga dasawarsa pertumbuhan cepatnya, adalah memahami perlunya "dengan sabar mematuhi dengan tugas utama pembangunan ekonomi ", kata laporan itu.

Kim membalas bahwa Korea Utara, negara di mana kekurangan pangan sering terjadi dan ratusan ribu orang meninggal akibat kelaparan pada tahun 1990-an, "sedang memfokuskan pada pembangunan ekonomi dan memperbaiki kehidupan rakyatnya," kata Xinhua.(*)
AFP/H-AK/S008

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010