Jakarta (ANTARA News) - Data terkini Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipublikasikan di Jakarta, Rabu, menunjukkan impor barang konsumsi dari China selama Januari-Juli 2010 naik 58,74 persen dibanding periode yang sama tahun 2009.

Menurut data tersebut, total impor barang konsumsi asal China yang selama Januari-Juli 2010 bernilai 1,27 miliar dolar AS memberikan kontribusi 11,12 persen terhadap total impor dari negeri tirai bambu itu.

Dalam hal ini impor produk makanan dan minuman (primer) untuk keperluan rumah tangga memberikan kontribusi paling besar dengan nilai 369,5 juta dolar AS disusul barang konsumsi setengah tahan lama (363, 3 juta dolar AS) dan barang konsumsi tahan lama (168,6 juta dolar AS).

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan impor barang konsumsi dari China memang meningkat namun masih jauh lebih kecil dibandingkan impor bahan baku dan penolong serta barang modal.

"Barang konsumsi masih jauh lebih kecil, hampir 90 persen masih bahan baku dan penolong serta barang modal," katanya serta menambahkan impor kedua golongan barang tersebut selanjutnya akan mendorong peningkatan ekspor.

Sementara mengenai peningkatan impor produk makanan dan minuman dari China yang meningkat bermakna, Menteri Perdagangan mengatakan pihaknya sudah melakukan pembicaraan dengan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.

"Intinya tidak masalah selama produk masuk secara resmi dan sesuai aturan kita apakah itu terkait kode ML, penggunaan label berbahasa Indonesia, pencantuman masa kadaluwarsa dan yang lain. Itu yang kita dorong," katanya usai melakukan rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI .

Pemerintah, kata dia, juga melihat secara rinci peningkatan impor makanan dan minuman tersebut serta terus melakukan pemantauan untuk melihat dampaknya terhadap pasar makanan dan minuman dalam negeri.

"Misalnya biskuit. Meski nilainya kecil khusus untuk biskuit saya sudah tanya kenaikan yang tinggi apakah sangat mengganggu pasar dalam negeri. Kita pantau terus, kalau sudah mengakibatkan `injury`, kita bisa ambil langkah. Tapi ini harus ada proses," katanya serta menambahkan saat ini pangsa biskuit impor hanya 10 persen di pasar dalam negeri.

Ia mengatakan pemerintah akan mengambil langkah yang diperlukan untuk menjaga produk makanan dan minuman dalam negeri tetap bisa bersaing dengan produk sejenis dari negara lain. (M035/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010