Padang (ANTARA News) - Komunitas Siaga Tsunami (Kogami) Indonesia berbagi pengalaman program pengurangan risiko bencana Kota Padang kepada kalangan peneliti dan LSM asing dalam satu workshop di Universitas Ulster, Northern Ireland, Inggris, Jumat.

Kogami diundang untuk berbagi pengalaman dan bagaimana lembaga ini memanfaatkan hasil penelitian para ilmuwan dalam merancang program pengurangan risiko bencana di Padang, kata Direktur Eksekutif Kogami Indonesia, Patra Rina Dewi kepada ANTARA, Jumat.

Workshop dengan tema The Communication of Natural Hazards Science to the Humanitarian NGO Sectors ini dihadiri akademisi dan LSM di London, sementara Kogami diundang sebagai salah satu narasumber.

Kogami dinilai mampu mengantisipasi kesenjangan antara hasil penelitian ilmuwan khususnya di bidang ilmu bumi dengan para praktisi pengurangan risiko bencana termasuk pemerintah.

Ia menjelaskan, dalam workshop diungkapkan hasil penelitian ilmuan seperti Prof.Kerry Sieh dari California Technology yang memprediksi dan mempresentasikan temuannya bersama DR.Danny Hilman tentang kembali aktifnya megathrust di Sumatera sebelum bencana tsunami Aceh.

Akan tetapi, tidak ada upaya antisipasi terhadap kemungkinan bencana itu sehingga jatuh korban yang banyak pada tsunami Aceh 2004, katanya.

Ia menambahkan, adakalanya hasil penelitian para ahli ilmu bumi tidak tepat seperti pada gempa Haiti 12 Januari 2010, di mana para ahli lebih fokus pada patahan Enriquillo seperti ungkapkan ahli geofisika, Eric Calais dari Purdue University.

Namun yang terjadi, penyebab gempa Haiti adalah patahan baru yang tak pernah terpetakan sebelumnya, kata Patra.

Begitu pula, saat tsunami di Pangandaran Jawa Barat, 19 Juli 2006, dimana setahun sebelumnya para ahli dari LIPI menyebutkan tidak ada potensi tsunami di Pangandaran.

Dari beberapa peristiwa bencana yang terjadi itu menunjukkan hasil penelitian ahli ketikasalah diterjemahkan oleh praktisi baik LSM ataupun pemerintah msks akan berdampak negatif terhadap upaya pengurangan risiko bencana khususnya dalam memotivasi kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana.

Ia menyebutkan, kesenjangan ini bisa diantisipasi Kogami karena diawal berdirinya lembaga ini telah terhubung langsung dengan Prof Kerry Sieh dan DR.Danny Hilman serta semakin memperluas komunikasi dengan para ahli ilmu bumi di seluruh dunia. (*)

H014/AR09


Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010