Jakarta (ANTARA News) - Penumpukan calon penumpang terjadi di Terminal Kalideres, Jakarta, pada Rabu atau hari kedua menjelang Hari Raya Idul Fitri 1431 Hijriah.

Para calon penumpang tampak memenuhi ruang tunggu keberangkatan bus, di sekitar posko keamanan, dan kantor petugas Terminal Kalideres. Beberapa diantaranya tampak duduk di trotoar untuk menunggu keberangkatan bus.

Salah seorang calon pemudik tujuan Yogyakarta, Purwati, mengatakan bahwa ia berharap dapat segera berangkat Rabu siang, namun bus yang tersedia baru akan berangkat pada pukul 17.00 WIB.

Purwati tiba di terminal sekitar pukul 11.00 WIB. Untuk itu, ia dan kedua anaknya harus menunggu sekitar enam jam di terminal sebelum berangkat ke tujuan.

"Inginnya segera berangkat, tapi bus berangkat jam 17.00 WIB," katanya saat ditemui di halaman depan kantor Terminal Kalideres.

Menurut Kepala Terminal Kalideres Hengki Sitorus, puncak arus mudik diperkirakan terjadi pada hari kedua menjelang Lebaran ini.

Petugas terminal mencatat sejak pukul 07.00 hingga 13.00 WIB sebanyak 261 bus telah diberangkatkan dengan jumlah penumpang sekitar 5.714 orang.

Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan hari sebelumnya, Selasa, pada jam yang sama yakni jumlah bus yang diberangkatkan sebanyak 206 dengan jumlah penumpang 2.496 orang.

"Kami memperkirakan hari ini puncak arus mudik. Kemungkinan jumlah pemudik yang diberangkatkan mencapai sekitar 10 ribu," katanya ditemui setelah bekeliling untuk meninjau aktivitas arus mudik di terminal tersebut.

Ia mengatakan sejauh ini situasi di terminal tersebut masih terkendali. Sebanyak 60 bus tambahan telah dioperasikan untuk mengangkut pemudik ke tujuan masing-masing.

"Meski padat, bus masih banyak tersedia," katanya.

Pemeriksaan

Sementara itu, untuk memastikan kenyamanan pemudik selama di perjalanan, petugas unit Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) memeriksa kelayakan sekitar 100 bus yang beroperasi di Terminal Kalideres.

Hengki mengatakan dari 100 bus yang diperiksa, hanya ada beberapa yang dinyatakan tidak layak dan tidak boleh dipergunakan.

"Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kendaraan itu layak jalan atau tidak. Kita khawatir kalau ditengah jalan ada bus yang rusak, kasihan para pemudik," katanya.

Selain pemeriksaan terhadap kelayakan kendaraan, para sopir bus juga menjalani pemeriksaan urine untuk mengetahui kondisi kesehatan dan kemungkinan adanya penggunaan obat-obatan terlarang.

"Badan Narkotika menguji 95 sampel dan hasilnya negatif semua. Sementara dari Dinas Kesehatan juga melakukan tes, dari 42 sampel, ada lima yang dinyatakan kurang sehat karena hipertensi," katanya.

(H017/A011/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010