Kupang (ANTARA News) - Kementerian Komunikasi dan Informatika, menyediakan layanan bagi masyarakat di seluruh penjuru Tanah Air untuk mengakses dan menyaksikan hilal secara "online" melalui situs http://hilal.depkominfo.go.id.

Staf dari Pusat Data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Dr Hasyim Gautama, di Kupang Rabu, di sela-sela kegiatan Hilal Rukyat 1 Syawal 1431 Hijriah mengatakan, layanan ini dimaksudkan agar ada ruang bagi siapa saja untuk menyaksikan hilal melalui jasa internet secara online.

Ia mengatakan masyarakat juga dapat menyaksikan di alamat http://bosscha.itb.ac.id/hilal, yang berfungsi sebagai relai situs web hilal Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Menurut dia, alternatif ini dimaksudkan agar informasi hilal astronomi bisa tersebar lebih luas dan terbuka kepada masyarakat.

Dia mengatakan, pengamatan hilal tahun ini dilaksanakan dengan pola konsorsium yang melibatkan sembilan lembaga, yaitu Kementerian Komunikasi dan Informatika, Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung, PT Telkom, Tbk.

Juga, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Universitas Pendidikan Indonesia, Rukyatul Hilal Indonesia, Planetarium Jagad Raya Tenggarong dan UINSUSKA Pekanbaru, Riau.

Untuk melancarkan kegiatan pengamatan hilal melalui situs dan website, maka sebelum tim diterjunkan Kementerian Kominfo bersama Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung telah menyelenggarakan bimbingan teknis pengamatan hilal dan "video streaming".

"Pada tanggal 23 sampai 24 Juli lalu di Jakarta, dilatih petugas pengamatan hilal, dan video `streaming` untuk mendukung layanan informasi `online` itu,"katanya.

Tradisi melihat awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah dengan memanfaatkan informasi dan teknologi dilaksanakan Kementerian Kominfo sejak tahun 2007.

Dalam pengamatan itu Kementerian Kominfo mempersiapkan seperangkat alat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam proses pencarian hilal yang dilakukan sore hari pada titik pemantauan yang akan mendukung tujuh sampai sebelas daerah tempat pemantauan.

"Selama ini hilal dilihat oleh perseorangan baik dengan mata telanjang atau pun dengan alat bantu teropong, yang kemudian orang-orang yang menemukan itu diambil sumpah," katanya.

Hanya, katanya, saat ini dengan TIK, apa yang dilihat oleh perseorangan itu bisa dipancarluaskan dan dilihat oleh seluruh masyarakat, dengan mekanisme alat bantu teropong digital yang kemudian ditransferkan melalui website dan bisa dipancar-luaskan melalui televisi.

Sebelumnya, Tim Observatorium Bosscha ITB Bandung untuk wilayah Nusa Tenggara Timur Dr Mahasena Putra, mengatakan, pengamatan hilal untuk mengetahui awal dimulainya 1 Syawal dilakukan di 12 titik di seluruh Indonesia.

Ke-12 titik hilal yang tersebar di seluruh Indonesia adalah SPD LAPAN Biak - Papua, Pantai Barat Kupang, Nusa Tenggara Timur, Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Berikut Lantai atas MTB Makasar Sulawesi Selatan, Tenggarong Kalimantan Timur, Condrodipo Gresik Jawa Timur, Pos Observasi Bulan, Bukit Belabelu Yogyakarta, Observatorium Bosscha - Bandung.

Juga menara timur UPI Bandung, Anyer - Banten, UINSUSKA Pekanbaru Riau dan Observatorium Lok Ngah Nangro Aceh Darussalam. (*)

(ANT-084/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010