Yogyakarta (ANTARA News) - Umat Islam dalam menyambut 1 Syawal 1431 Hijriyah hendaknya dengan memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT, meski di tengah kondisi perekonomian serba sulit, terutama yang dialami masyarakat berpenghasilan rendah.

"Umat Islam dengan keimanan yang tinggi dalam menyambut Lebaran hendaknya dibarengi dengan rasa syukur, karena sudah menyelesaikan perjuangan melawan hawa nafsu, sehingga meraih kemenangan," kata Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Hikmah, Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), KH Harun Al Rosyid, Kamis.

Oleh karena itu, kata dia, dalam menyambut 1 Syawal 1431 Hijriyah tidak harus dengan merayakan secara berlebihan, apalagi mereka yang berlimpah materi.

Menurut dia, dengan rasa syukur, itu yang membedakan antara manusia dan hewan. Sebab, saat manusia memperoleh limpahan rezeki dari Allah SWT, mereka akan memanjatkan doa syukur. Sedangkan hewan, tidak akan bisa seperti itu.

"Jadi, kita sebagai umat Islam harus selalu bersyukur atas limpahan rezeki, meskipun terkadang limpahan rezeki tersebut jumlahnya kecil," katanya.

Ia mengatakan setelah manusia berusaha dan berdoa, namun kenyataannya rezeki yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan, tetap harus bersyukur.

"Oleh karena itu, kepada Allah kita tetap harus berprasangka positif," katanya.

Menurut Harun Al Rosyid, selain rasa syukur, hendaknya setiap pribadi umat Islam selalu mawas diri apakah yang selama ini dikerjakan sudah sesuai dengan kehendak Allah, atau belum.

"Jadi, apabila kita belum dikaruniai rezeki berlimpah, mungkin karena selama ini perbuatan kita belum sesuai aturan dan perintah Allah," katanya.

Menurut dia, jika semua perilaku sudah sesuai dengan aturan dan perintah Allah, maka diyakini rezeki dari Allah akan datang dengan sendirinya.

Ia mengatakan dalam meraih rezeki tersebut harus disertai doa, selalu menjalankan perintah-Nya, dan yang tidak kalah penting adalah dengan kerja keras.

"Jadi, dalam menyambut datangnya Idul Fitri atau Lebaran, yang penting adalah bersyukur, meskipun saat ini kita belum memperoleh rezeki yang banyak," kata KH Harun Al Rosyid yang pondok pesantrennya mendidik sekitar 600 santri dari berbagai daerah di Indonesia tanpa dipungut biaya alias gratis. (H008/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010