TOKYO, 9 September (ANTARA/Kyodo-JBN-AsiaNet) -- United Nations University (UNU) menggelar seminar yang bertajuk "Women Making Peace: Where Are We Now? Maximizing the Impact of UN Security Council Resolution 1325, 10 Years On" pada tanggal 8 September, dengan menilai kemajuan global ke arah pelaksanaan resolusi terobosan yang menyerukan ditingkatkannya pengakuan dan dukungan atas peranan perempuan dalam pencegahan dan penyelesaian konflik.

      Seminar ini, yang diselenggarakan bersama dengan Global Action to Prevent War (GAPW), Soka Gakkai International (SGI) dan NGO Working Group on Women, Peace and Security (NGOWG), terdiri dari pertemuan ahli pagi, forum umum dan peluncuran buku.

      Sambil merayakan prestasi perempuan di akar rumput dalam situasi dari Afrika ke Timur Tengah, peserta merasa tidak dapat diterima bahwa dalam sepuluh tahun sejak resolusi disahkan, hanya 19 negara anggota telah menyampaikan Rencana Aksi Nasional terhadap pelaksanaan resolusi tersebut. Kebutuhan untuk meningkatkan akuntabilitas dan memperkenalkan indikator kemajuan yang jelas telah disetujui.

      Pesan dari Dr. Noeleen Heyzer, Sekretaris Eksekutif ESCAP PBB sekaligus mantan Direktur Eksekutif UNIFEM, mengingatkan peserta bahwa resolusi menawarkan kesempatan perlindungan yang lebih besar bagi mereka yang paling rentan, paling tak terlihat, dan yang memiliki andil terbesar dalam perdamaian.

      Kayo Maeta, Ketua Komite Perdamaian Perempuan Soka Gakkai, menjelaskan motivasi SGI dalam mendukung seminar tersebut, dengan mengatakan, "Dalam upaya untuk mewujudkan semangat penting UNSCR 1325, menuju terciptanya budaya perdamaian di mana potensi penuh perempuan direalisasikan di seluruh pelosok masyarakat, sebagai organisasi masyarakat sipil, kami telah terlibat dalam upaya berbasis masyarakat untuk meningkatkan kesadaran umum."

      Dr. Jasmin N. Galace, Direktur Pusat Pendidikan Perdamaian di Miriam College di Filipina, berbagi bagaimana proses meneliti dan menghasilkan Rencana Aksi Nasional menyatukan kelompok-kelompok perempuan dan lembaga pemerintah serta menciptakan peluang baru bagi perempuan.

      Pengacara hak asasi manusia internasional Mikiko Otani menambahkan bahwa 1325 tidak hanya relevan bagi negara-negara yang terlibat langsung dalam konflik. Pemberdayaan perempuan sangat penting di setiap negara, karena perdamaian hanya mungkin bila ada partisipasi laki-laki dan perempuan.

      Tema ini bergema dalam pesan dari Presiden SGI Daisaku Ikeda, yang menyatakan: "pesan yang mendasari Resolusi adalah bahwa ... sudut pandang dan suara perempuan, yang sampai saat ini belum mendapat cukup perhatian, harus diperhatikan dan tercermin dalam proses pengambilan keputusan di masyarakat."

      Sarah Taylor, Koordinator Eksekutif NGO Working Group, menekankan bahwa pengalaman tertentu perempuan harus dibawa ke setiap perdebatan tentang perdamaian dan keamanan. Para peserta sepakat bahwa tujuan akhirnya haruslah membangun budaya perdamaian, di mana perempuan dan laki-laki diberdayakan untuk berbicara dan mengambil tindakan untuk mengatasi pelanggaran dan menyelesaikan sengketa di manapun terjadi.

      Buku "Promoting Women's Participation in Conflict & Post-Conflict Societies: How women worldwide are making & building peace," yang menyoroti kontribusi perempuan dalam perundingan perdamaian, partisipasi politik dan reformasi sektor keamanan, juga diperkenalkan oleh penulis bersama Kavitha Suthanthiraraj dan Cristina Ayo. Buku ini, yang diproduksi oleh GAPW, NGOWG dan Women's International League for Peace and Freedom, dapat diperoleh dari coordinator@globalactionpw.org.

      Soka Gakkai International (SGI) adalah asosiasi agama Buddha dengan lebih dari 12 juta anggota di seluruh dunia. Kegiatannya meningkatkan perdamaian, kebudayaan, pendidikan dan pemberdayaan didasarkan pada tradisi lama humanisme agama Buddha.

      Sumber: Soka Gakkai International

      Kontak:
      Joan Anderson
      Kantor Penerangan Umum
      Soka Gakkai International
      Tel: +81-3-5360-9475
      Fax: +81-3-5360-9885
      E-mail: janderson[at]sgi.gr.jp

Pewarta:
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2010