Jakarta (ANTARA News) - Bank-bank pemerintah masih mengkaji dampak kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) primer dari lima persen menjadi delapan persen dan belum memutuskan akan menaikkan suku bunga deposito maupun kredit.

Direktur Utama BRI Sofyan Basyir, Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Riswinandi, Wakil Direktur Utama BNI Felia Salim, dan Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) Iqbal Lamtaro menyampaikan itu usai penandatanganan perubahan ketentuan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Jakarta, Kamis.

Sofyan Basyir mengatakan, BRI akan menahan tingkat suku bunga deposito dan kreditnya hingga Desember 2010 sambil menghitung dampak kenaikan GWM primer dari lima persen menjadi delapan persen.

"Bisa konsekuensi ke sana (suku bunga naik), tapi kita kaji kembali ke dalam sampai sejauh mana dampaknya. Kita bisa lakukan efisiensi, atau naikan omzet, sementara minimal sampai Desember kami tidak akan ubah tingkat suku bunga," kata Sofyan.

Sofyan mengatakan kenaikan GWM bisa diantisipasi dengan mengurangi Nett Interest Margin (NIM) atau melakukan efisiensi biaya "overhead". "Bisa mungkin satu persen (penurunan NIM)-nya," ujarnya.

Sementara itu, Riswinandi mengatakan masih menghitung dampak kenaikan GWM terhadap suku bunga kredit dan simpanan.

"Peningkatan plafon bunga kredit tidak bisa dilihat dari satu sisi saja, tapi juga dari sisi `cost of fund` bunga simpanannya juga. Dari situ nanti dihitung `overhead`, dampak penguatan rupiah, baru kita bisa dapat acuan plus atau minus nantinya," tuturnya.

Felia Salim juga masih akan melihat kondisi pasar ke depan. "Kita lihat nanti konsidi pasar seperti apa tapi yang penting proses `prudential banking` tetap kita taati," kata Felia Salim.

Iqbal Lamtaro menilai kenaikan GWM berdampak pada biaya dana. "Kita lagi evaluasi, GWM naik pasti berdampak pada `cost of fund` tapi siapa tahu sumber dana jadi lebih rendah," ujar Iqbal.(*)

E014/A023/AR09

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010