Klaten (ANTARA News) - Ribuan masyarakat berebut ketupat saat mengikuti tradisi Syawalan yang digelar Pemerintah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, di Bukit Sidoghuro, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kamis.

Sebanyak 16 gunungan ketupat yang dibuat oleh berbagai instansi pemkab dan kantor pemerintahan tingkat desa serta kecamatan di Klaten menjadi sasaran rebutan oleh ribuan warga pada tradisi tahunan tersebut.

Lurah Krakitan, Sunudi, mengatakan, Syawalan di Bukit Sidoghuro merupakan tradisi tahunan setiap enam atau tujuh hari setelah Idul Fitri untuk mengenang penyebaran agama Islam oleh ulama Syahid Habib.

Ulama yang berasal dari Desa Krakitan tersebut, katanya, merupakan salah satu keturunan Keraton Kasunanan Surakarta.

"Tradisi ini berawal dari kebiasaan Syahid Habib yang dahulu membuat kegiatan Syawalan dengan membagikan ketupat kepada warga sekitar Desa Krakitan," katanya.

Ia mengatakan, hingga saat ini warga masih beranggapan bahwa perolehan ketupat itu akan membawa berkah bagi mereka

"Warga saling berebut karena mereka berpikir bahwa semakin banyak ketupat yang mereka dapatkan akan memperbanyak pula rezeki yang mereka peroleh," katanya.

Sebelumnya, gunungan ketupat dikirab dari Alun-Alun Klaten menuju Bukit Sidhoguro dengan diiringi rombongan kesenian reog dan pemuda pemudi dengan berpakaian adat Solo.

Setelah dikirab, keenambelas gunungan yang telah disiapkan mulai ditata rapi di lapangan bukit yang tampak telah penuh sesak warga.

Usai pembukaan tradisi oleh Bupati Klaten, Sunarna, warga mulai berdesakan untuk memperebutkan ketupat.

Ketua Panitia Syawalan 2010, Siswanto, mengatakan, kegiatan tahunan itu hingga saat ini tetap menarik perhatian ribuan warga.

Mereka, katanya, tetap menghadiri tradisi itu meskipun jumlah gunungan ketupat yang dibuat tersebut tidak sebanyak pada Lebaran 2009.

"Biasanya terdapat sekitar 20 gunungan namun antusiasme masyarakat tahun ini tidak berkurang," katanya.

Sunarno mengatakan, warga harus melestarikan tradisi Syawalan itu.

Tradisi yang berlangsung di kawasan wisata Rawa Jombor tersebut, katanya, menjadi aset wisata kabupaten setempat.(*)
(ANT-202/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010