Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menolak saran Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menaikkan suku bunga acuan (BI-Rate) agar ekspektasi inflasi tetap pada target.

"IMF boleh bicara apa saja, BI punya pertimbangan lain," kata Gubernur BI, Darmin Nasution, di Jakarta, Jumat.

Sebelumnya, IMF menerbitkan laporan hasil konsultasi dengan pemerintah Indonesia dan BI yang menyarankan agar bank sentral itu lebih proaktif dalam menjaga ekspektasi inflasi supaya tetap pada target dan tidak mengambil sikap menahan BI rate.

Menurut IMF, ekspektasi untuk 2011 berada pada batas atas dari kisaran target inflasi dan masih ada beberapa faktor risiko lain yang bisa mendorong inflasi lebih tinggi lagi.

BI telah mempertahankan BI rate pada level 6,5 persen sejak September 2009. Sebelumnya, BI menaikkan BI rate 300 basis poin pasca krisis 2008.

IMF menilai BI seharusnya mulai melonggarkan kebijakan moneternya sejak paruh kedua 2010. Instrumen administratif untuk mendorong pertumbuhan kredit juga seharusnya dihindari untuk mencegah timbulnya masalah prudensial bank dan praktek manajemen resiko perbankan.

BI pada awal bulan ini kembali mempertahankan BI Rate sebesar 6,5 persen yang telah ditetapkan sejak satu tahun belakangan ini.

Darmin Nasution mengatakan, hal itu dilakukan mengingat adanya potensi tekanan inflasi dan mempertahankan tingkat inflasi pada targetnya, yaitu plus minus lima.

"Dewan Gubernur terus memberi perhatian pada meningkatnya inflasi yang pada Agustus 6,44 persen yoy, inflasi inti 4,53 persen yoy," katanya.

Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, mengatakan bahwa bertahannya BI Rate selama 14 kali berturut-turut memicu pelaku pasar, khususnya asing lebih aktif bermain di pasar saham dan uang.

Ia mengatakan, stabilnya BI Rate memberikan dampak positif sehingga kegiatan pasar saham dan uang makin bergairah.
(T.E014/A023/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010