Roma (ANTARA News/Reuters) - Italia siap menambah pelatih tentara di Afghanistan jika diminta, kata Menteri Pertahanan Ignazio La Russa pada Jumat.

"Jika mereka minta penambahan, tentu tergantung pada (Perdana Menteri Silvio) Berlusconi dan pemerintah untuk memutuskan, tapi saya sudah bisa mengatakan bahwa jawaban menteri pertahanan akan bagus," kata La Russa kepada wartawan dalam kunjungan Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen ke Roma.

"Tujuannya ialah melatih tentara dan polisi Afghanistan untuk semakin mantap dan cepat. Itu bisa berarti peningkatan jumlah atau mutu. Iuran kami sudah dalam mutu tertinggi, sehingga hanya bisa untuk peningkatan jumlah," katanya.

Italia memiliki sekitar 3.300 tentara di Afghanistan sebagai bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Negara itu juga tergabung dalam tugas pelatihan polisi Afghanistan Eupol pimpinan Eropa Bersatu.

Duapuluh tujuh tentara Italia tewas di Afghanistan sejak anggota NATO itu terlibat di negara terkoyak perang tersebut pada 2004.

Menteri luar negeri Italia pada awal Desember 2009 menyatakan Roma akan mengirim tentara tambahan ke Afghanistan seperti diminta Presiden Amerika Serikat Barack Obama, tapi menolak menyebut jumlah atau jadwal penempatan tentara tambahan itu.

Obama sebelumnya mengumumkan memerintahkan 30.000 lagi tentara ke Afghanistan, tapi berjanji mulai memulangkan mereka sejak pertengahan 2011.

Ia juga menyeru dukungan sekutu Amerika Serikat.

"Akan ada sumbangan Italia," kata Menteri Luar Negeri Franco Frattini kepada wartawan, dengan menambahkan, "Ini jelas bukan waktu untuk menyebut jumlah."

Ia juga mendesak sekutu Eropa meningkatkan tekad ketentaraan, dengan menyatakan mereka seharusnya "melakukan banyak, betul-betul banyak seperti yang akan dilakukan Italia".

"Prancis memberi jawaban tak pasti, Jerman tidak terburu-buru dan Inggris barangkali memberi sumbangan terbatas," tambahnya.

Enam tentara Italia tewas pada tengah September akibat serangan jibaku pejuang Taliban paling mematikan atas tentara persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO.

Pembom jibaku menabrakkan mobil sarat bahan peledak ke iringan dua kendaraan penerjun Italia di Kabul tengah, tidak jauh dari kedutaan besar Amerika Serikat di jalan ramai bandar udara, menewaskan tentara itu dan 10 warga Afganistan.

Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi sesudah serangan itu menyatakan Roma ingin memangkas tentaranya di Afganistan, tapi hanya dengan kesepakatan dari mitranya di NATO.

"Kami ingin membawa anak kami pulang secepat mungkin," kata Berlusconi.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.

NATO menghadapi kemunduran besar di Afghanistan saat Gedung Putih memecat Jenderal Amerika Serikat Stanley McChrystal, yang mengecam presiden dan penasehat utama dalam wawancara dengan sebuah majalah. (B002/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010