Palu (ANTARA News) - cuaca ekstrem yang ditandai dengan curah hujan tinggi mengganggu pengadaan beras untuk memenuhi kebutuhan stok nasional di Sulawesi Tengah.

"Curah hujan di seluruh wilayah Sulteng dalam beberapa pekan terakhir ini cukup tinggi sehingga cukup mempengaruhi pengadaan beras di sini," kata Kepala Bidang Pelayanan Publik Perum Bulog Divisi Regional Sulteng, Makkeng Ali di Palu, Sabtu.

Ia mengatakan, salah satu faktor masih seretnya pengadaan beras di Sulteng karena intensitas hujan rata-rata di atas normal.

Menurutnya, petani danpengusaha penggilingan padi kesulitan menjemur padi, sebab hujan terus mengguyur wilayah Sulteng.

Kebanyakan petani di Sulteng selama ini mengeringkan padi mengandalkan sinar matahari, padahal hampir setiap hari siang dan malam hujan turun.

Selain curah hujan yang cukup tinggi, pengadaan beras juga terganggu oleh tingginya harga beras di pasaran.

Harga beras di tingkat petani dan penggilingan padi di Sulteng saat ini berkisar Rp5.100 sampai Rp5.200 per kilogram. Selisih harga ini cukup mencolok dibandingkan pembelian Bulog.

Bulog membeli beras dari mitra kerja mengacu standar harga ditetapkan pemerintah yakni Rp5.060,00 per kilogram.

Akibat tingginya harga beras ditingkat petani, mitra kerja Bulog yang selama ini terlibat kegiatan pengadaan beras stok nasional di daerah ini enggan membeli beras petani.

Mitra kerja Bulog memang ada yang membeli beras petani mengikuti HPP tetap dijual lagi ke pasar di luar pulau dan tidak dijual ke Bulog.

Mereka lebih memilih menjual langsung ke pasar atau dikirim ke daerah lain dengan harga tinggi.

"Ya kami tidak bisa melarang mereka, sebab kenyataannya mitra membeli beras dari petani jauh lebih tinggi dari HPP," ujar Ali.

Realisasi pengadaan beras di Sulteng kurun Januari hingga medio September 2010 ini baru sekitar 4.800 ton, padahal, pada musim panen tahun 2010 ini Bulog menargetkan pengadaan 10.000 ton.

Melihat realisasi pengadaan yang baru sekitar 4.800 ton, ditambah tingginya harga pembelian pedagang, kemungkinan besar target pengadaan sulit tercapai. Bulog Sulteng pun terpaksa mendatangkan dari luar daerah. (*)

BK03/S027/AR09

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010