Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mengatakan kebijakan BI untuk menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 8 persen dilakukan, karena dapat mengurangi likuiditas pasar serta mendorong tekanan inflasi.

"Jumlah SBI sebelum diterbitkan kebijakan baru itu mencapai Rp350 triliun. Kalau kemudian kebijakan itu diterapkan dua bulan lagi, maka itu hanya akan mengurangi dana di SBI sebesar Rp50 triliun," ujarnya saat penyampaian jawaban pemerintah atas kondisi asumsi makro ekonomi RAPBN 2011 dengan komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin malam.

Ia juga mengingatkan BI pernah membuat kebijakan menurunkan GWM pada saat krisis 2008 lalu dengan maksud menambah likuiditas di pasar. Karena pada saat krisis, perbankan mengalami krisis kepercayaan.

Pada saat itu, Darmin mengatakan pemerintah juga memindahkan dana dari Bank Indonesia ke tiga bank BUMN namun saat ini likuiditas pasar sudah teramat besar.

"Sehingga apa yang dilakukan sekarang adalah, mengurangi likuiditas yang sudah berlebih tersebut," ujarnya.

Sementara, ia juga mengatakan BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 6,5 persen agar pertumbuhan kredit dapat terus meningkat serta mewaspadai adanya potensi inflasi.

"Jadi sejauh kami masih bisa gunakan instrumen lain, kami tidak akan ubah BI rate. Memang turun susah, tapi kalau tetap kami masih berani berjuang," ujarnya

Ia mengatakan banyak yang mengatakan suku bunga kredit perbankan dinilai tinggi namun realisasi kredit sudah mencapai 22 persen dan maksimal realisasi hingga 24 persen.

"Kalau kredit didorong hingga 21-22 persen bisa mendukung pertumbuhan ekonomi diatas enam persen sampai maksimum 24 persen cukup," ujarnya.

Ia menambahkan karena likuiditas di pasar masih cukup tinggi, kenaikan pertumbuhan kredit bisa mencapai 35-45 persen.

"Tahun depan kami akan dorong dengan kebijakan LDR dan GWM, sehingga kredit bisa 35-45 persen, karena likuiditas perbankan saat ini masih cukup," ujarnya.

Sementara, Menteri Keuangan Agus Martowardojo memperkirakan suku bunga domestik akan meningkat seiring dengan kondisi ekonomi yang membaik dengan asumsi SBI 3 bulan sebesar 6,5 persen.

"Inflasi yang meningkat akan membuat suku bunga cenderung meningkat," ujarnya.

Namun dengan kondisi perekonomiaan seperti saat sekarang ini, pemerintah memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga kredit dengan menggunakan instrumen persuasi moral atau imbauan ke perbankan.

"Tingginya suku bunga kredit itu dipicu faktor risiko, keuntungan dan biaya. Jadi BI nanti akan mengimbau agar perbankan nasional bisa menekan biaya, diharapkan, asimetri yang ada bisa berkurang," ujar Menkeu.(*)
(ANT/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010