Singapura (ANTARA News) - Harga minyak berada pada posisi bervariasi di perdagangan Asia, Selasa, menjelang pertemuan kebijakan moneter Amerika Serikat karena masih adanya kekhawatiran seputar menguatnya ekonomi Amerika yang menekan pasar-pasar minyak, kata analis.

Kontrak utama New York untuk minyak mentah jenis "light sweet" pengiriman Oktober turun 44 sen ke posisi 74,42 dolar AS per barel pada hari perdagangan terakhirnya.

Sementara minyak mentah "Brent North Sea" untuk pengapalan November naik lima sen menjadi 79,37 dolar AS per barel.

Pasar minyak mentah di mana menunggu hasil dari pertemuan Federal Reserve, Selasa, mengenai kebijakan moneter di ekonomi terbesar dunia itu, kata para analis.

"Kami melihat harga turun menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC)," kata Ong Yi Ling, analis investasi untuk Phillip Capital di Singapura.

"Kami masih melihat adanya kekhawatiran mengenai ekonomi Amerika Serikat," kata Ong, karena data yang diterbitkan Senin gagal menunjukkan peningkatan dalam tingkat kepercayaan dalam negeri AS pada September.

Data dari National Association of Home Builderss/Wells Fargo, indeks kepercayaan menunjukkan bahwa indeks masih tetap pada posisi 13, tidak berubah dari level Agustus dan lebih rendah dari ekspektasi para analis naik satu poin menjadi 14, lapor sejumlah media.

Tingkat tersebut merupakan terendah sejak Maret 2009, laporan itu menambahkan.

The Fed diperkirakan akan bertahan pada pemulihan rapuh dengan mempertahankan suku bunga pada tingkat terendah selama ini dan menjaga pengeluaran stimulus pada level saat ini.

Harga minyak juga mendapat dorongan dari pasar saham. Di New York, Dow Jones Industrial Average melonjak lebih dari 160 poin di akhir perdagangan, didukung oleh konfirmasi bahwa resesi AS berakhir pada Juni 2009.

Laporan bahwa resesi AS berakhir pada bulan Juni 2009 mungkin membantu secara psikologis, kata Tom Bentz dari BNP Paribas.(*)
AFP/S004/A023

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010