Jerusalem (ANTARA News/AFP) - Pembangunan permukiman Yahudi sejak penjajahan zionis 40 tahun lalu, yang mengancam mandeknya perundingan perdamaian dukungan Amerika Serikat, menimbulkan kemarahan warga Palestina dan negara-negara Arab sejak pembangunan itu dimulai lebih dari 40 tahun lalu.

Palestina memandang kehadiran setengah juta warga Israel di 120 permukiman yang berdiri sepanjang Tepi Barat hingga Jerusalem Timur sebagai ancaman bagi pembentukan negara merdeka mereka di masa depan.

Masyarakat internasional, termasuk sekutu dekat Israel, AS, menganggap permukiman itu ilegal, namun mereka terus memperluas permukiman itu pada setiap pemerintah Israel yang dimulai sejak Juni 1967.

Selama berbulan-bulan setelah Israel mencaplok Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Jerusalem Timur dalam Perang Enam Hari -- tanah-tanah tersebut kini direncanakan untuk membentuk negara Palestina -- pengadaan permukiman pembangunan itu dimulai di permukiman pertama Guzh Etzion di dekat Jerusalem.

Para pemimpin gerakan pemukim melihat Tepi Barat dan Jerusalem Timur sebagai bagian integral "Tanah Israel" yang dianugrahkan Tuhan kepada bangsa Yahudi dan memandang permukiman tersebut sebagai "fakta nyata" untuk mencegah setiap penarikan diri.

Jumlah penduduk pemukim Yahudi telah berlipat tiga sejak kesepakatan Oslo pada 1993, atas dorongan dari para pemimpin sayap kanan termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Pada 2005, mantan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon, yang dikenal luas sebagai "bapak gerakan pemukim Yahudi", memenangkan suatu strategi baru yang terbatas, dengan secara sepihak menarik diri dan mengevakuasi semua 8.000 pemukim dari Gaza.

Netanyahu, yang berasal dari Partai Likud dan memimpin koalisi yang didominasi oleh para pemukim, itu mengatakan pihaknya berkeinginan untuk membahas permukiman tersebut sebagai masalah status final.

Namun, pada November 2009, atas desakan AS, Netanyahu secara sepihak memberlakukan moratorium 10 bulan pembangunan permukiman di Tepi Barat. Masa pembatasan ini sedianya akan berakhir pada Minggu.

Rakyat Palestina telah memperingatkan bahwa mereka akan membatalkan perundingan bila permukiman itu kembali dibangun.

Netanyahu telah mengisyaratkan bahwa ia akan membiarkan moratorium itu berakhir, namun ia tetap mempertahankan rencana utamanya.

Permukiman terdiri atas bermacam bentuk mulai dari kelompok rumah berpindah di puncak bukit-bukit terpencil hingga ke kawasan permukiman mewah pinggir kota dilengkapi dengan mal-mal pusat perbelanjaan, blok-blok apartemen dan kolam renang.

Kawasan permukiman yang terbesar yaitu Maale Adumim di luar Jerusalem, berpenduduk lebih dari 30.000 jiwa.

Umumnya para penduduk pemukim itu lebih tertarik pada kualitas hidup daripada pertimbangan-pertimbangan idiologis.

Satu kelompok minoritas Yahudi garis keras sering bentrok dengan warga Palestina dan telah berjanji untuk menolak setiap upaya oleh Israel untuk mengevakuasi para pemikim dari Tepi Barat.(*)
(Uu.KR-BPY/M043/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010