Gianyar (ANTARA News) - Hiburan tradisional berupa tarian api atau sering disebut "Tarian Sang Hyang Jaran" masih diminati oleh wisatawan asing. "Rata-rata 100 sampai 150 orang perhari menonton tarian tradisional itu, " kata Dewa Teges, pemilik Sahadewa Barong Dance di Desa Batubulan, Jumat.

Wisatawan yang suka tarian itu, jelas Dewa Teges kebanyakan berasal dari Jepang, Amerika, Australia serta Belanda.

Bila liburan, pengunjung juga berasal dari wisatawan yang ingin tahu keindahan tarian api tersebut.

Ia mengatakan pertunjukkan tarian tradisional itu ditarikan oleh salah seorang "sekeha" atau kelompok "Sahadewa Dance" yakni I Ketut Sutapa. "Tarian itu di tarikan usai pagelaran tarian kecak, "jelasnya.

Ia menjelaskan tarian itu biasanya ditampilkan menggunakan daun muda enau. Daun itu dirancang "mepinda" menyerupai "jaran" atau kuda.

Tarian itu selanjutnya ditampilkan oleh seorang penari sambil menginjak-injak api yang berasal dari "sambuk" ( kulit tua) kelapa.

"Tarian menginjak - injak api ini merupakan rangkaian dari tari kecak, " katanya.

Biasanya, kata Dewa Teges tarian itu ditarikan sekitar pukul 19:30 Wita.

"Kalau paginya kami pertunjukkan tarian barong dan keris yang mengambil tema cerita Kunti Seraya, tentang pertarungan abadi antara kebajikan dan kebatilan, "ucapnya.

Ia mengatakan pagelaran tarian itu didukung penuh oleh seniman tari dan tabuh yang berpengalaman, sedangkan untuk urusan izin, pihaknya telah tergabung dalam wadah asosiasi objek wisata Indonesia.

Pertunjukan reguler itu, jelas Dewa Teges dilaksanakan setiap hari di lokasi "Stage" atau panggung seni yang berdekatan dengan kampus Sekolah Menengah Karawitan Indonesia, Desa Batubulan, Kabupaten Gianyar, Bali.

Saat ini, jelas Dewa Teges, panggung itu dirancang dengan konsep "open stage" atau panggung terbuka

Ia menjelaskan agar pertunjukan berjalan lancar dan nyaman pada saat musim hujan, maka fasilitas "indoor stage" atau panggung tertutup juga telah disiapkan. (*)
(ANT-199/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010