Teheran (ANTARA News) - Ketua parlemen Iran, Sabtu waktu setempat, menyebut Presiden AS Barack Obama sebagai "penjahat internasional" karena mengatakan Amerika Serikat mendukung aspirasi demokratis rakyat Iran.

"Bagaimana Obama berani mengumumkan bahwa ia ingin membantu bangsa Iran? Dia mesti mengetahui bahwa dia itu seorang penjahat internasional," kata Ali Larijani selama kunjungan ke kota Shiraz di Iran selatan, sebagaimana dikutip kantor berita ISNA.

"Amerika memperlihatkan tindakan yang layak mendapat medali kejahatan internasional ... Obama mesti tahu bahwa kita tak memerlukan pesannya, apa yang kita perlukan ialah dapat mempercayai ucapan yang ia katakan," katanya.

Pernyataan Larijani disampaikan sehari setelah pemimpin Amerika itu mengatakan kepada BBC layanan bahasa Persia bahwa pintu bagi diplomasi dengan Iran masih terbuka sehubungan dengan sengketa nuklirnya yang berlangsung lama dengan "masyarakat internasional".

"Pilihan kuat kami ialah menyelesaikan semua masalah ini secara diplomatik. Saya kira itu lah kepentingan di Iran. Saya kira itu adalah kepentingan `masyarakat internasional`," katanya.

"Saya kira masih ada kemungkinan, tapi itu akan memerlukan perubahan dalam pola berfikir di dalam pemerintah Iran," katanya.

Ketika ditanya apakah dia mendukung atau menentang rakyat Iran dalam perjuangan mereka bagi kemerdekaan yang lebih besar, Obama mengatakan Washington mendukung aspirasi demokratis.

"Jawabannya ialah buat mereka yang bercita-cita agar suara mereka didengar, untuk ikut dalam demokrasi yang mengakui kedaulatan mereka sebagai manusia --kami akan selalu mendukung mereka," katanya.

Hubungan antara Teheran dan Washington telah kian keruh sejak Presiden Mahmud Ahmadinejad memulai jabatan pada 2005, dan sehubungan dengan tindakannya melanjutkan program nuklir Iran, yang kontroversial.

Sewaktu menghadiri Sidang Majelis Umum PBB di New York pekan lalu, Ahmadinejad mengatakan, Teheran terbuka buat pembicaraan baru mengenai nuklir asalkan Amerika Serikat dan negara Barat lainnya menghormati Republik Islam tersebut.(*)

AFP/C003/R013

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010