Surabaya (ANTARA News) - Seorang wanita paruh baya dengan selendang batik yang warnanya sudah kusam tengah serius memutar-mutar ikan yang sudah ditusuk di atas panggangan.

Tangan kanannya tak berhenti mengibas-ibaskan kipas yang terbuat dari rotan.

Rupanya, wanita yang akrab disapa Bu Ruhin tersebut, sedang memanggang puluhan ikan tenggiri. Ada juga beberapa jenis ikan lainnya yang turut dipanggangnya.

Sesekali, wanita itu mengedipkan mata dan mengusap wajahnya. Meski asap yang dihasilkan dari panggangan sangat banyak, namun ia tak pernah menutup hidung atau berusaha menghindar dari asap.

"Kalau saya sudah biasa Mas! pekerjaannya, ya seperti ini. Jadi sudah kebal dengan asap atau arang. Maklum istri nelayan," ujarnya ketika ditemui di tempatnya memanggang yang sekaligus dijadikan tempat penjualan.

Lokasinya berbeda dengan tempat penjualan ikan pada umumnya. Dengan hanya menggunakan bambu sebagai bahan utama kios serta tidak disekat dinding, membuat pengunjung merasa lebih tertarik untuk berhenti dan membeli.

Bukan hanya Bu Ruhin saja yang memanggang dan menjual ikannya. Ada beberapa istri nelayan lainnya yang melakukan hal serupa.

Hanya saja, memanggang ikan di sini tidak memanggangnya sampai matang dan siap makan. Ikan masih perlu dibakar atau digoreng kembali, sesuai selera pembeli.

"Semacam pengasapan dan tidak sampai memanggangnya sampai matang. Selera orang kan berbeda," ucap ibu empat anak tersebut.

Jenis ikan tenggiri merupakan salah satu khas kawasn pantai Kenjeran, Surabaya.

Mayoritas, nelayan di sana tidak hanya menjualnya dalam bentuk ikan biasa, namun dengan memanggangnya.

Sebab, rata-rata pengunjung lebih senang dengan ikan tengiri panggangan.Harga ikan ini sedikit lebih mahal dibandingkan ikan laut jenis lainnya.

Tetapi, dengan bentuk ikan yang nisbi tidak besar, membuat orang tidak merasa puas jika memakannya hanya dengan seekor tenggiri saja.

Rahman mengatakan, salah satu Nelayan Kenjeran, harga perkilogram ikan tenggiri bisa menembus Rp25 ribu, tapi kadang juga ada yang tidak sampai Rp20 ribu.

"Biasanya, kalau hasil tangkapan banyak dan cuaca sangat mendukung, harga ikan memang murah. Tapi, kalau ombak tinggi dan cuaca buruk yang berakibat pada sedikitntya hasil tangkapan, membuat harga ikan naik," tuturnya.

Mayoritas selera pengunjung Kenjeran adalah ikan panggangan, karena itulah teknis penjualan disiasati dengan menjual ikan panggangan.

Dalam transaksi jual beli pun sangat jarang pengunjung membeli dalam bentuk perkilogramnya, namun dengan membeli per ekor atau per tusuk ikan panggang.

Per tusuk dihargai sebesar Rp2.000, namun tidak sedikit yang membeli tiga tusuk dengan harga Rp5.000.

"Kadang juga kami menambahi satu tusuk lagi. Bisa ditawar-lah," ucap Rahman.

Selain tenggiri, ikan panggang yang khas di tempat yang tidak jauh dari Jembatan Suramadu tersebut, adalah jenis ikan "pe" (pari).

Selain rasa yang tidak berbeda jauh, harga per tusuknya juga beda tipis atau lebih murah sedikit dari tenggiri.

Sementara, para pengunjung juga tidak sedikit yang mencari ikan "pe" panggang, sehingga oleh para penjual dan nelayan, ini berarti lebih menguntungkan dan bervariasi penjualannya.

Muhammad Tohir, salah satu pengunjung, ketika ditemui mengatakan, ia dan keluarganya mengaku senang makan ikan panggang tengiri hasil tangkapan nelayan Kenjeran.

Selain harga terjangkau, kualitas rasa dengan ikan yang sudah masuk di pusat perbelanjaan dinilai berbeda.

"Senang Mas! makan ikan tenggiri dipanggang seperti ini, rasanya gurih. Biasanya nanti di rumah saya panggang lagi, kemudian ditambah sambal terasi. Luar biasa rasanya Mas!" tukasnya.

Disinggung mengenai harga, pria yang sehari-hari bekerja karyawan swasta itu mengaku tak mempersoalkannya.

Menurutnya, selain bisa tawar-menawar, melihat ikan langsung setelah ditangkap itu lebih menyenangkan.

"Apalagi lokasinya di sebalah laut persis (Selat Madura). Sepertinya bisa menambah selera," ucapnya.

Laut Surut
Selain ikan panggang atau ikan asap, Kenjeran juga terkenal dengan hasil kerang hidup maupun mati.

Di samping kerang, lurjuk menjadi khas para nelayan jika laut dalam keadaan surut.

Laut Kenjeran memang merupakan pantai yang biasa setiap saat mengalami pasang surut.

Kalau laut sedang surut, tentu para nelayan harus lebih jauh lagi menjala ikannya.

Kendati demikian, nelayan dan warga tidak mau kehilangan inovasi. Selain istri, anak-anak nelayan juga dilibatkan mencari kerang dan lurjuk ketika air surut.

Bahkan, mencari kerang dan lurjuk tidak hanya dilakukan nelayan asli Kenjeran. Tidak sedikit warga lain atau pengunjung Pantai Kenjeran berbondong-bondong mencari kerang.

"Kalau surut, kerang dan lurjuk menjadi andalan nelayan karena memang sering ada dan keluar ketika surut. Bahkan, kerang tidak hanya berguna isinya saja, namun kulit kerang bisa dijadikan pernak-pernik hiasan yang sangat menarik," ungkap Darul Isnaeni, warga Kampung Sukolilo, Kenjeran.

Sedangkan lurjuk, dijual satu paket dengan kerupuk atau makanan ringan khas laut, seperti terung, teripang, kimo, grinting udang, lambung ikan, dan jenis lainnya.

"Nelayan di Kenjeran tidak hanya berusaha dan mengandalkan ikan hasil tangkapan saja. Tapi usaha penjualan kerupuk khas Kenjeran juga membuat perekonomian di sini tidak mati," tutur dia.

Untuk makanan ringan atau kerupuk khas Kenjeran, setiap Lebaran bisa dipastikan omzet selalu meningkat tajam. Diungkapkan Darul, permintaan kerupuk hasil laut sangat ramai jika mendekati Lebaran.

"Sudah menjadi kepastian setiap tahunnya. Kami sangat bersyukur setiap Lebaran datang," katanya.

"Omset rata-rata per minggu di luar Lebaran di kisaran Rp5-10 juta, tapi kalau Lebaran bisa mencapai hingga Rp25 juta. Itu keuntungan bersihnya tidak dihitung karena modalnya diputar lagi buat beli bahan dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari," papar Darul.

Dijelaskan dia, kalau di hari-hari biasa, biasa cukup dipasarkan di pasar-pasar tradisional dan toko-toko yang ada di kawasan Pantai Ria Kenjeran.

Harga jual teripang kemasan Rp100 ribu perkilogram, terung mulai Rp100-150 ribu perkilogram, lurjuk Rp7.500 perkilogram.

"Kalau di luar musim, harga lurjuk bisa Rp20 ribu perkilogram," terangnya.

Sedangkan, harga terung basah dari nelayan Rp1500-2500 per kilogram, harga teripang basah Rp2 ribu per kilogram.

Satu ton terung basah jika dikeringkan hanya bisa menghasilkan 12 kilogram terung kemasan, namun jika musim panas bisa menjadi 16 kilogram.
(C004/A025)

Oleh Fiqih Arfani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010