Kabul (ANTARA News/AFP) - Hampir 2.000 polisi Afghanistan dibunuh atau dilukai oleh gerilyawan dalam enam bulan terakhir ketika banyak aparat dipaksa ke garis depan untuk perang melawan Taliban.

Serangan bom gaya Taliban, pemboman bunuh diri, bentrokan langsung dan operasi militer telah menewaskan 595 polisi dan melukai 1.345 polisi yang lain, kata Zemarai Bashary, juru bicara kementerian dalam negeri.

"Dalam enam bulan terakhir 595 polisi tewas dan 1.345 yang lain terluka," katanya.

Pasukan polisi Afghanistan telah lama diminta untuk memerangi gerilya yang meluas bersama dengan tentara, meskipun mereka kurang latihan dan peralatan militer.

Pada waktu yang sama, pasukan polisi itu pada umumnya dianggap oleh warga Afghanistan biasa sebagai tidak disiplin, buas dan korup, meskipun perekrutan besar-besaran dan program pelatihan telah meningkatkan jumlah dan kemampuannya.

Amerika Serikat telah membiayai program untuk membangun militer dan kepolisian Afghanistan agar supaya mereka dapat mengambilalih tanggungjawab keamanan pada 2014, seperti dijanjikan oleh Presiden Hamid Karzai. Negara itu telah menghabiskan 9,2 miliar dolar dalam tahun fiskal 2010.

Misi Pelatihan NATO di Afghanistan sejauh ini telah melatih lebih dari 136.000 tentara dan 119.600 lebih polisi Afghanistan, katanya. Dan mereka ingin melatih sebanyak 171.600 tentara dan 134.000 polisi hingga November 2011.

Pembangunan pasukan keamanan Afghanistan sangat penting bagi rencana Presiden AS Barack Obama untuk mulai mengurangi tentara Amerika pada Juli 2011.

AS dan NATO memiliki sekitar 150.000 tentara di Afghanistan yang memerangi gerilya pimpinan Taliban yang sekarang terseret ke arah tahun ke-10nya.

Untuk memenuhi celah itu segera, kementerian dalam negeri mengatakan Juli lalu, mereka akan membentuk Pasukan Lokal Afghanistan (ALP), yang telah menimbulkan kekhawatiran bahwa anggota-anggota kepolisian desa bersenjata dapat berubah menjadi kelompok milisi.

Bashary mengatakan ALP pada akhirnya akan mencapai seluruhnya 10.000 di seluruh negeri, yang terdiri atas orang-orang desa bersenjata dengan bantuan dewan lokal dan sesepuh suku.

Mereka dapat menerima pelatihan tiga pekan, dibayar 60 persen dari gaji polisi biasa dan bertindak murni sebagai pasukan bertahan terhadap Taliban, katanya.

Kehadiran Taliban telah menyebar dalam setahun terakhir ke sebagian besar negara itu, memaksakan kapasitas kehadiran militer NATO dan AS. (S008/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010