London (ANTARA News/AFP) - Seorang prajurit Inggris tewas dalam ledakan bom di Afghanistan selatan, demikian diumumkan Kementerian Pertahanan Inggris, Senin.

Dengan kematian itu, jumlah prajurit Inggris yang tewas di Afghanistan sejak invasi 2001 menjadi 338.

Kopral Matthew Thomas dari satuan Zeni Mekanik dan Elektrik Kerajaan tewas Sabtu ketika kendaraannya dihantam ledakan bom rakitan di distrik Garmsir di provinsi Helmand, kata kementerian itu.

Menteri Pertahanan Liam Fox mengatakan, Thomas telah "melakukan pengorbanan terakhir untuk melindungi keamanan nasional negara kita".

Berita mengenai kematian prajurit Inggris itu disampaikan ketika pasukan keamanan hari Senin mencari seorang pekerja bantuan Inggris dan tiga warga Afghanistan yang diculik di wilayah timur negara itu.

Inggris menempatkan hampir 10.000 prajurit di Afghanistan, kontingen terbesar kedua setelah AS, dan sebagian besar dari pasukan itu ditempatkan di wilayah Helmand yang dilanda kekerasan.

Ledakan yang menewaskan prajurit Inggris itu merupakan rangkaian terakhir dari kekerasan yang makin berkobar di Afghanistan, yang menewaskan banyak prajurit asing.

Jumlah prajurit asing yang tewas dalam operasi militer di Afghanistan sejak awal tahun ini telah melampaui 530, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Rata-rata, dua prajurit asing tewas setiap hari di Afghanistan.

Korban-korban asing terakhir berjatuhan setelah Jendral AS David Petraeus pada 4 Juli mulai memegang komando atas 140.000 prajurit AS dan ISAF di Afghanistan, menggantikan Jendral AS Stanley McChrystal, yang dipecat karena pembangkangan.

Sekitar 10.000 prajurit lagi ditempatkan di Afghanistan pada Agustus-September sebagai bagian dari rencana untuk meningkatkan tekanan terhadap gerilyawan, khususnya di provinsi-provinsi wilayah selatan, Helmand dan Kandahar.

Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang lebih dari delapan tahun di negara itu.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 520 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010