Jakarta (ANTARA News) - Ketua Partai Golkar bidang Hukum dan HAM, Muladi mengatakan, anggota DPR yang menjadi tersangka dalam dugaan suap pemilihan Deputi Senior Miranda Gultom, hanya korban keserakahan jabatan dan konspirasi kekuasaan.

"Rekan-rekan Partai Golkar, mereka (yang jadi tersangka) hanya korban dari tindakan keserakahan kekuasaan. Meskipun bisa juga mungkin ada yang jadi pelaku," kata Muladi pada keterangan pers di DPP Golkar di Slipi Jakarta, Rabu

KPK telah menetapkan sepuluh politisi Partai Golkar sebagai tersangka dalam kasus suap pemilihan Deputy Senior BI Miranda Gultom.

Sepuluh politisi Partai Golkar tersebut antara lain Paskah Suzetta, Muhammad Nurlif, Bobby Suhardiman, Hamka Yandu, Baharudin Aritong dan Henky Baramuli.

Menurut Muladi, anggota dewan memiliki keterbatasan, khususnya dari segi keuangan sehingga ketika diimingi-imingi uang terus maka tidak kuat.

"Pada akhirnya mereka korban dari suatu konspirasi kekuasaan. Apakah mereka sadar betul, jika menerima uang itu menciderai dirinya sebagai anggota dewan," kata Muladi.

Karena itu, kata Muladi, ada yang menerima uang itu karena merasa itu dalam rangka untuk kepentingan partai.

"Partai Golkar merasa prihatin terhadap beberapa rekan yang menjadi tersangka kasus suap menyuap pemilihan Deputi Senior BI Miranda," kata Muladi.

Bagaimanapun, menurut Muladi, hal ini mencederai perjuangan Partai Golkar. "Tapi stigma ini menciderai Partai Golkar dan bisa digunakan oleh lawan-lawan politik," kata Muladi.

Muladi mengatakan, Partai Golkar meminta Komisi Pemberantasan Korupsi bertindak adil dan transparan dalam penanganan kasus suap menyuap pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia Miranda Gultom dengan memeriksa Nunun Nurbaeti dan Miranda Gultom atau pemberi uang.

"Kami akan kunjungi KPK dan mendesak agar prosesnya berjalan jujur dan adil. `Kan tidak lucu orang yang menerima uang diadili tetapi yang memberi uang tak disentuh dengan alasan sakit dan sebagainya," kata Muladi.

Menurut Muladi, selama ini terkesan KPK hanya `memburu` mereka yang menerima uang. Sementara siapa pemberi uang tersebut tidak pernah disentuh.

"Ini pasti ada aktor intelektualnya. Apa motifnya dan siapa yang punya niat jelek itu harus dicari. Nunun dan Miranda juga diperiksa," kata Muladi.(*)

J004/S023

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010