Repo ini sangat strategis, repo merupakan instrumen yang collateralized (dijaminkan) terutama kalau kolateralnya SBN, resikonyo kecil dan membentuk harganya akan lebih efisien,
Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia berfokus untuk mengembangkan instrumen repurchase agreement (repo) dan Domestic Non-Delverable Forward (DNDF) pada 2021-2022 untuk mendukung pengembangan pasar uang 2025.

“Repo ini sangat strategis, repo merupakan instrumen yang collateralized (dijaminkan) terutama kalau kolateralnya SBN, resikonyo kecil dan membentuk harganya akan lebih efisien,” kata Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia, Donny Hutabarat dalam taklimat media daring, Jumat.

Donny mengatakan harga yang dibentuk dari repo akan sangat baik dan akan menjadi acuan Bank Indonesia di pasar uang. BI juga menilai pengembangan repo akan mendukung stabilitas keuangan. Sedangkan DNDF dipilih karena termasuk instrumen yang cukup simple dan menggunakan metode fixing.

“Saat ini DNDF sudah sangat pesat perkembangannya dan perannya dalam mendukung stabilitas juga cukup baik,” ujar Donny.

Baca juga: BI: Pertumbuhan uang beredar Mei melambat, capai Rp6.994,9 triliun

Pengembangan repo, jelas Donny, akan dilakukan dengan perluasan pelaku transaksi repo, perluasan underlying Repo, pengembangan pricing repo yang efisien, kemudian penguatan sertifikasi tresuri dan market conduct, pemanfaatan Mini GMRA Syariah, serta pengembangan Securities Lending and Borrowing.

“Kami akan kembangkan juga ke aset kelas yang lain, katakanlah obligasi korporasi yang high grade. Jadi akan secara bertahap kami kembangkan,” tutur Donny.

Begitu juga pengembangan DNDF yang dilakukan melalui sejumlah upaya, yakni perluasan transaksi DNDF, menyeimbangkan supply-demand, pengembangan variasi mata uang dan tenor DNDF, dan penguatan JISDOR sebagai kurs fixing DNDF yang kredibel.

“Nanti akan dorong DNDF, katakanhlah DNDF Malaysian Ringgit, Japanese Yen, bahkan Chinese Yuan bisa kita kembangkan secara bertahap. Tentunya tenornya juga lebih bervariatif bahkan sampai satu tahun,” paparnya.

Baca juga: Dukung pemulihan, BI tambah likuiditas di perbankan Rp94,03 triliun

Instrumen lainnya yang turut menjadi fokus Bank Indonesia pada 2021-2022 adalah overnight index swap dan IRS, instrumen hedging jangka panjang, dan local currency settlement.

Donny mengatakan sistem elektronik untuk melakukan transaksi pasar keuangan dengan metode multimatching atau Electronic Trading Platform (ETP) multimatching juga didorong untuk mempercepat pengembangan repo dan DNDF.

Sebelumnya Bank Indonesia menerbitkan Blueprint Pengembangan Pasar Uang 2025 sebagai arah strategi pengembangan menuju pasar uang modern dah maju di era digital sebagai salah satu upaya mendukung ekonomi nasional menuju Indonesia maju.

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021