Semarang (ANTARA News) - Sebanyak 25 jemaah haji asal Jawa Tengah meninggal dunia saat menjalankan ibadah haji di Tanah Suci.

Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama (Depag) Jawa Tengah Masyhudi, di Semarang, Selasa, mengatakan bahwa seluruh jemaah haji yang meninggal dunia tersebut mayoritas karena sakit.

"Ya, ada yang sakit karena tua dan sakit yang sudah diderita sejak di tanah air. Akan tetapi tidak ada yang sakit karena flu burung," katanya.

Masyhudi mengatakan, mereka yang meninggal dunia seluruhnya dimakamkan di tanah suci dan keluarga di Indonesia hanya mendapat pemberitahuan.

Ia menjelaskan, dari Jawa Tengah pemulangan haji sudah dimulai sejak Rabu (3/12) yakni Kloter I asal Kabupaten Jepara.

"Satu hari ada tiga kloter yang tiba kembali di Indonesia dan kami perkirakan kepulangan terakhir pada akhir Desember 2009," katanya.

Masyhudi menambahkan pihaknya berharap pada pelaksanaan haji tahun depan panitia lebih baik lagi termasuk jemaah haji harus siap mental bahwa mereka naik haji untuk beribadah.

Ia menjelaskan, terkait adanya keluhan fasilitas yang kurang memadai ketika di Arafah dan Mina, hal tersebut sebenarnya sudah dalam kondisi maksimal.

"Arafah adalah kawasan padang pasir yang digunakan sehari semalam untuk wukuf sehingga darurat seperti orang kemah. Ya, orang kemah seperti pramuka dengan tenda. Bahkan sekarang sudah ada tenda yang ber-AC," katanya.

Begitu juga di Mina yang digunakan tiga hari tiga malam untuk melontar jumrah (jamrah) juga merupakan tempat darurat tidak ada hotel dan MCK yang memadai.

"Kemarin ada yang mengeluhkan fasilitas di Mina dan Arafah kurang memadai dan seharusnya jemaah haji bisa mengerti," katanya.

Jumlah jemaah haji dari Jawa Tengah sebanyak 29.433 orang dan 88 kloter.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009