Piala Dunia Meksiko 1970 adalah catatan sejarah sepak bola yang didominasi oleh strategi bermain bertahan ala catenacio.

Menempatkan hanya satu atau dua penyerang bertarung di garis depan dan menempatkan empat bek dan satu libero, sistem itu mengutamakan pertahanan yang kaku dan tidak berani mengambil risiko.

Sistem yang disebut 'sepak bola pengecut' oleh Tommy Doherty, pelatih asal Irlandia Utara yang malang melintang di dunia sepak bola Inggris itu, memang latah dimainkan oleh beberapa tim terutama Italia.

Strategi sepak bola negatif itu kelihatannya ampuh ketika diterapkan Italia yang mampu mencapai babak Final meski tidak diunggulkan dalam kompetisi kelas dunia itu.

Unggul mudah ketika mengalahkan Meksiko di perempat final, ujian lebih berat dihadapi Italia ketika harus menahan gempuran pasukan 'Panzer' Jerman di semi final yang dikomandoi Frans Beckenbauer dan Gerd Mueller.

Bermain imbang 1-1 di 90 menit pertama, hujan gol malah terjadi di extra time dan Italia menang 4-3 meski harus menunggu sampai detik-detik terakhir ketika sang pahlawan Gianni Rivera mencetak penentu di menit 111.

Tetapi ujian sesungguhnya harus dihadapi Italia ketika menghadapi sepak bola menyerang total Brazil di Final.

Tim Brazil di Piala Dunia 1970 adalah antitesa catenacio. Memeragakan sepak bola menyerang penuh kreatifitas dengan empat penyerang dan dua gelandang di tengah, Brazil bermain spontan dan berani mengambil risiko.

Pele, Jairzinho, Tostao, dan Rivelino adalah empat algojo Brazil di garis depan ketika mereka tampil tak terkalahkan, tidak juga seri, sejak babak penyisihan sampai Final.

Juara bertahan Inggris salah satu yang dibuai sepak bola indah khas tarian samba Brazil. Di bawah tatapan Ratu Inggris mereka dihempaskan oleh gol Jairzinho.

Korban-korban berikutnya adalah Peru yang dikalahkan 4-2 di perempat final dan Uruguay ditaklukan 3-1 di semifinal dan akhirnya Italia.

Final yang mempertemukan Italia dan Brazil adalah pertarungan dan pembuktian bagi dua gaya sepak bola yang berbeda.

Unggul duluan lewat tandukan keras Pele di babak pertama, Italia bisa menyamakan kedudukan lewat Roberto Boninsegna dan dua gaya sepak bola itu kembali pada level yang sama.

Babak kedua dimulai dan gol Gerson di menit 66 mengangkat derajat sepak bola atraktif Brazil. Lima menit berselang Jairzinho semakin membuktikan gaya bermain mana yang lebih mumpuni ketika mengoyak gawang Italia.

Tak berkutik akibat tekanan serangan Brazil yang datang bertubi-tubi, penderitaan Italia semakin lengkap ketika Carlos Alberto kembali membobol gawang Dino Zoff di menit 86.

Di laga Final itu Italia akhirnya menyerah 4-1 dan dipaksa mengakui sepak sepak bola sebagai permainan yang menuntut determinasi dan kreatifitas, (*)

Copyright © ANTARA 2010